SUDAH BERIMAN TAPI TIDAK SEMBUH. WHY?

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Iman itu vital bagi Kekristenan karena Anda diselamatkan karena iman (Ef 2:8), dan disembuhkan karena iman (Mat 8:13; 9:29).

Namun iman dalam konteks Kristiani adalah iman terhadap Firman Kristus (Roma 10:17). Tuhan menghendaki Anda mengimani FirmanNya, bukan mengimani perkataan manusia, mengimani mitos, mengimani situasi, atau mengimani rangsangan panca indra Anda.

Tanpa iman Tuhan tidak suka. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibr 11:6).

FirmanNya terhadap sakit-penyakit apa? Terhadap muridnya yang mendoakan orang sakit, perintahNya adalah: ”sembuhkanlah orang sakit, bangkitkanlah orang mati, tahirkan orang kusta, usir setan-setan..” (Mat 10:8).

Cuma itu perintahNya? Tidak.

"Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.

Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni" (Yak 5:14-15).

Terhadap si sakit perintahNya adalah: ”Oleh bilur-bilur Saya, kamu sudah sembuh” (Yes 53:5, Mat 8:16-17; 1 Pet 2:24b).

Lalu kenapa ada orang beriman tapi ga sembuh? Pertanyaan itu harus dijawab dengan pertanyaan pula: apa yang dia imani, FirmanNya kah, atau mengimani yang lain? Dia bisa tidak sembuh walau imannya besar tapi sayangnya, mengimani hal lain, yang BUKAN FirmanNya.

Contoh:

Anda berusia 80 tahun, sudah melayani Tuhan berpuluh-puluh tahun, Anda sudah merasa puas. Begitu Anda menderita sakit parah, Anda meyakini inilah saatnya bertemu Tuhan Yesus.  Melihat banyak yang mendoakan, Anda bergumam: “sudahlah.., saya sudah rindu mau ketemu Tuhan Yesus”.

Atau, Anda sakit berkepanjangan dan sudah tidak mampu menahan sakitnya lagi, lalu berkeputusan: ”Sudahlah, saya sudah tidak tahan lagi, lebih baik saya bertemu Tuhan Yesus. Bebas dari sakit. Dan inilah saatnya”.

Anda mengimani bahwasanya penyakit ini adalah sarana yang Tuhan berikan untuk bertemu Tuhan.

Alhasil Anda tidak sembuh malah meninggal. Bukan karena Anda tidak beriman. Justru karena iman Anda amat kuat, melebihi iman orang-orang yang mendoakan Anda sembuh.

Tapi konten iman Anda bertentangan dengan FirmanNya. Bunyi iman Anda adalah: “penyakit ini adalah jalan menuju rumah Tuhan”. Kalo itu iman Anda, Tuhan Yesus bilang: “Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29). Anda tidak sembuh tapi berjumpa dengan Tuhan Yesus di Firdaus.

Demikian pula jika Anda yang mendoakan si sakit. Anda merasa kasihan melihat betapa berat dan berkepanjangan derita orang yang Anda doakan. Lebih lebih baik dia mati agar terbebas dari siksaan. Di mulut Anda mendoakan: ”Jadilah yang terbaik, menurut kehendakMu”,

Tetapi di dalam hati Anda itu artinya: ”sebaiknya si sakit segera lekas diambil oleh Tuhan, kasihan”. Apalagi jika keluarga si sakit sebenarnya juga menghendaki hal yang sama. Padahal kehendak Tuhan tidak berubah : “oleh bilur-bilur Saya, si sakit sudah sembuh”;

Tapi Anda dan keluarganya tidak berharap dia sembuh tetapi agar segera dibebaskan dari penderitaannya, selamanya. Tuhan bilang: ”jadilah kepadamu menurut imanmu”.  Dan terjadilah yang Anda dan keluarga imani: si sakit meninggal dan bertemu Tuhan Yesus. 

Berikutnya, Anda sakit dan Anda yakin Tuhan akan menyembuhkan Anda. Sudah didoakan berkali-kali oleh pendeta, penatua, pelayan senior, tapi tidak kunjung sembuh. Perlahan tapi pasti iman Anda mulai luntur. Anda ragu, jangan-jangan Tuhan memang tidak mau menyembuhkan saya.

Tanpa disadari iman Anda bergeser dari “Tuhan akan menyembuhkan Anda”  menjadi: “Tuhan tidak mau menyembuhkan saya”. Dan iman Anda yang terakhir ini menjadi fixed dan solid. Lebih kuat daripada iman orang-orang yang mendoakan Anda sembuh.

Kalo itu iman Anda, Tuhan Yesus Sang Pemilik sorga menetapkan: ”jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29). Anda tidak sembuh bukan karena tidak beriman. Iman Anda sangat besar, tapi konten iman Anda mengatakan: Tuhan tidak mau menyembuhkan saya. Celakanya  Faith works!

Konten iman Anda itu bertentangan dengan FirmanNya yang mengatakan “Aku mau, jadilah engkau tahir” (Mat 8:3). “Aku mau” dalam bahasa aslinya merujuk karakter Yesus yang kekal, selalu dan selalu mau menyembuhkan orang sakit, bukan keinginan sesaat yang sifatnya temporer.

Pemazmur menegaskan karakterNya yang kekal itu: “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu” (Maz 103:2-3).

KarakterNya itu ditunjukkannya di dalam keempat kitab Injil, di mana Tuhan Yesus TIDAK PERNAH menolak menyembuhkan orang sakit. Perempuan Siro-Fenesia/Kanaan yang awalnya ditolakNya pun akhirnya dikabulkan keinginannya agar anaknya sembuh, oleh karena iman perempuan itu.

Akan tetapi justru Dia yang ditolak oleh orang-orang sekampungNya. Alhasil Yesus tidak bisa menyembuhkan mereka karena mereka tidak mau datang kepada Yesus. Kecuali pada segelintir orang yang bersedia tubuhnya ditumpangi tangan Yesus untuk disembuhkan (Mark 6:1-5).

Selanjutnya, Anda sakit dan meyakini penyakit ini dari Tuhan untuk mendidik atau mengajar Anda. Mungkin Anda selama ini kurang taat, suka ribut dengan pendeta, atau malas ke gereja. Btw kalo penyakit itu dari Tuhan, seharusnya Anda menghargai pemberianNya, jangan malah minta sembuh.
 
Tapi lucunya Anda berdoa minta “hadiah” itu ditarik. Mengimani penyakit berasal dari Tuhan sama saja dengan mengatakan peristiwa Yesus menyembuhkan orang sakit adalah sandiwara belaka. Dia bisa menyembuhkan orang sakit lantaran penyakit memang berasal dari Dia.

Ibarat ahli komputer bisa punya antivirus yang canggih, tidak heran, karena virusnya dia juga yang rekayasa. Padahal Yesus sudah membayar penyakit Anda dengan harga yang mahal: punggungNya dilukai hingga memar dan berdarah oleh cemeti Romawi.

Mengimani penyakit sebagai pendidik dan pengajar juga menentang FirmanNya. Siapa yang berhak mendidik dan mengajar Anda? Hanya 2 pribadi, pertama Firman: ”.. mendidik orang dalam kebenaran..” (2 Tim 3:16); ke-dua Roh Kudus:”..
Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu..” (Yoh 14:26).

Alhasil Anda tidak sembuh atau sulit sembuh, bukan karena tidak beriman, tetapi Anda mengimani ide yang bukan berasal dari FirmanNya. Iman timbul dari pendengaran, namun Tuhan menghendaki iman Anda timbul dari pendengaran akan FirmanNya (Roma 10:17), bukan mendengarkan yang lain.

Next, Anda sudah didoakan tapi belum melihat ada tanda-tanda kesembuhan. Lalu Anda meyakini Anda bukan orang yang dipilihNya untuk sembuh. Jadi menurut Anda Tuhan Yesus tebang pilih dalam menyembuhkan. Kalo orang itu taat, sering ikut persekutuan, ramah, maka disembuhkanNya.

Tapi kalo bandel, suka melawan orangtua, malas saat teduh, Tuhan tidak memilihnya. Iman Anda ini jelas tidak sejalan dengan FirmanNya. Tuhan Yesus tidak pernah menyeleksi siapa yang mau Ia sembuhkan, siapa yang tidak. Semua yang datang kepadaNya disembuhkanNya.

Alkitab mencatat “he healed all that were sick” (Mat 8:16 KJV), Tuhan “melenyapkan segala penyakit dan kelemahan” (Mat 9:35); “..dan Ia menyembuhkan mereka semuanya" (Mat 12:15); Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka"(Luk 4:40);

“..dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (Luk 6:19); ”..dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia” (Kis 10:38). Kata “semua”, “segala” atau “all” artinya 100%. Jika ada 1430 orang sakit di suatu lokasi, Tuhan Yesus sembuhkan ke1430nya itu tanpa kecuali.  

Tidak ada yang disisakanNya dan disuruh datang kembali keesokan harinya, semua dituntaskanNya hari itu juga. Ada suatu peristiwa di mana Tuhan Yesus mengijinkan banyak orang menjamah jubahNya dan Alkitab mencatat, semua alias 100% orang yang menjamahnya, sembuh (Mat 14:36).

Jika ribuan orang berbondong-bondong menjamah jubahNya dan sembuh semuanya, bagaimana Yesus bisa menyeleksi mereka? Karena Yesus tidak pernah mensyaratkan apapun entah moral, kedudukan sosial, tingkat pendidikan, kesucian hidup dan sebagainya, kecuali iman agar disembuhkan.

Akan tetapi jika penyakit itu disebabkan karena dosa, Tuhan wanti-wanti kepada yang sembuh: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk" (Yoh 15:14). Artinya jangan ulangi lagi apa yang jadi penyebab sakitnya, nanti bisa tambah parah.

Sekali lagi Tuhan Yesus mengatakan: “oleh bilur-bilur Saya, kamu sudah sembuh” tapi jika Anda menentangNya: ”tidak, saya tidak Engkau pilih untuk sembuh”. Tuhan Yesus selaku penguasa semesta raya pemegang kedaulatan tertinggi menetapkan: ”Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29).   

Tuhan Yesus sebagai Raja segala raja yang Maha Berdaulat menetapkan Anda tidak sembuh bukan berdasarkan kemauanNya (karena kehendakNya adalah: Anda sembuh oleh bilur-bilurNya) melainkan berdasarkan iman Anda sendiri yang menyatakan Anda tidak dipilih untuk sembuh.

Contoh lain, Anda memahami Firman: ”oleh bilur-bilurNya Anda sudah sembuh” tapi Anda melihat benjolan di tubuh Anda semakin membesar, hidung Anda mencium bau amis, tangan Anda meraba benjolan itu oh masih sakit, mulut Anda sudah tidak bisa mengecap makanan secara normal;

Puncaknya, telinga Anda mendengar perkataan paramedis bahwa penyakit Anda langka, susah sembuhnya. Anda mengerti FirmanNya tetapi semua rangsangan panca indera: yang Anda lihat, raba, kecap, cium dan dengar bertentangan dengan FirmanNya.

Mana yang Anda pilih untuk diimani?

Apakah Anda tetap memegang FirmanNya yang adalah kebenaran (Yoh 17:17) atau mempercayai fakta panca indera? Kebenaran atau fakta? Jika Anda melihatnya dengan mata iman, artinya tetap bertahan mempercayai FirmanNya: oleh bilur-bilurNya Anda sudah sembuh, maka cepat atau lambat

kebenaran akan terjelma ke dalam fakta: Anda sembuh. Namun jika Anda tergoda untuk WYSIWIG (what you see is what you get), alias melihat hanya dengan indera fisik belaka, dengan kata lain itu yang Anda imani, padahal Tuhan bilang iman itu percaya walau belum melihat (Yoh 20:29),

maka Tuhan Yesus sebagai Allah yang Maha Tinggi, pemegang kedaulatan semesta menetapkan: “jadilah kepadamu menurut imanmu” (Yoh 9:29). Fakta bahwa Anda sakit akan menjadi kebenaran Anda. Anda tidak sembuh karena itulah yang Anda imani, itu akhirnya menjadi ketetapanNya berdasarkan iman Anda.

Contoh lain,

Anda tidak sembuh karena menganggap penyakit itu sahabat. Kita harus bisa bersahabat dengan penyakit, kata Anda mengutip anjuran pakar kepada mereka yang tidak kunjung sembuh. Sikap itu bertentangan dengan FirmanNya. Tuhan perintahkan Anda “sembuhkan orang sakit” (Mat 10:8).

Bukan: ”Jadikan penyakit sahabat”. Tapi karena itu yang Anda imani, tidak heran Anda tidak kunjung sembuh, karena Tuhan sudah menetapkan: “Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29). Tuhan Yesus, panutan paling sempurna, menghajar penyakit.

“Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:8b). Demikian pula seharusnya Anda yang adalah muridNya. Demikian pula seharusnya Anda muridNya.

Tatkala Anda berdoa atau mendoakan orang sakit, sadarilah bahwa Anda yang adalah laskar Kerajaan Allah yang sedang berperang melawan sakit penyakit yang di-back up oleh kerajaan iblis. Karenanya penyakit adalah musuh yang harus Anda perangi, bukan sahabat yang harus Anda sayangi.

Jika Anda pendoa, si sakitlah yang harus Anda kasihi, bukan penyakitnya. Anda mengasihi si sakit dengan menyembuhkan penyakitnya (Mat 10:8), bukan berkompromi dengan penyakitnya.

Terakhir, oke Anda bilang Anda sudah beriman dengan tepat: yang Anda imani adalah FirmanNya: “Oleh bilur-bilurNya Anda sudah sembuh,” bukan yang lain: situasi penyakit Anda, omongan pa dokter, mitos-mitos, pendapat para pakar, panca indera Anda, dan sejenisnya.

Tetapi kenapa masih belum sembuh juga? Jawabannya sebenarnya sederhana:

Pertama, bagaimana Anda menjalaninya? Apakah Anda gigih sampai FirmanNya terwujud, atau terlalu mudah menyerah. Ingat variabel-variabel di dalam iman itu mencakup konsistensi, keteguhan, dan kesabaran.

Ini yang tidak disadari oleh banyak sekali orang Kristen. Jika sudah didoakan lebih dari 10 kali tapi tidak nampak kesembuhan secara panca indrawi, mereka bimbang akan FirmanNya dan mulai goyah, lalu bergeser dan akhirnya mulai mengimani ajaran manusia atau mitos, yang bukan FirmanNya.

Amat sangat jarang orang Kristen mengimani FirmanNya seperti janda di dalam perumpamaan Janda Miskin vs Hakim yang Lalim (Luk 18:1-18). Janda yang lemah secara ekonomi, sosial dan politik tentu bukan apa-apa dibandingkah hakim yang terhadapnya raja pun segan.

Namun oleh karena janda itu selalu datang kepada hakim itu dan minta haknya dibela, lama-lama justru hakim itu yang takut dan akhirnya membela janda itu. Janda itu tidak akan pernah menyerah sebelum perkaranya dibela.  

Komitmen Tuhan terhadap mereka yang berdoa seperti janda itu jelas: “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Ia akan segera membenarkan mereka.”

Tapi apakah umatNya punya komitmen yang sama dalam berdoa? Itu masalahnya. Dan Tuhan Yesus sudah menubuatkan terkait bagaimana mereka berdoa di jaman akhir:  “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

Adakah Tuhan mendapati jemaatNya yang berdoa sedemikian tekun, gigih dan konsisten, seperti janda dalam perumpamaan itu, hingga kehendakNya: “Oleh bilur-bilurNya kamu sembuh” terwujud? Paling-paling baru didoakan beberapa kali sudah menyerah.

Contoh lain yang in-line adalah perempuan Siro-Fenesia/Kanaan (Mat 15:21-28; Mark 7:24-30).

Dengan berteriak-teriak dia meminta Tuhan menyembuhkan anaknya yang sakit karena roh jahat. Yesus diam saja. Perempuan itu tetap meminta, akhirnya Tuhan buka suara bahwasanya Dia hanya diutus bagi domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Menyerahkah perempuan itu? Tidak. Meminta dengan berteriak tidak berhasil, dia ganti metode: memohon dan menyembahNya. Tuhan bilang tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.

Apakah perempuan itu tersinggung dibilang anjing? Tidak, dia maju terus. Apa jawab perempuan itu?

"Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
Tuhan pun didebatnya. Apa respon Tuhan Yesus? Apakah Tuhan marah:  “Jangan paksa Aku, Aku ini Tuhan langit dan bumi, Aku punya kedaulatan untuk menyembuhkan dan tidak menyembuhkan, tahu!” begitu?

Itu ajaran atau doktrin yang banyak beredar di gereja-gereja, bukan? Jangan paksa Tuhan untuk sembuhkan Anda. Tapi Anda lihat, setelah Tuhan dipaksa, apa responNya? Mengecamnya? No. Tuhan malah memujinya dan mengabulkannya:

"Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Perhatikan baik-baik. Dipandang secara negatif berdasarkan norma budaya manusia pada umumnya, perempuan itu tidak elok sikapnya, memaksa Tuhan Yesus menyembuhkan anaknya. Akan tetapi jika dipandang dari sisi positif perempuan itu menunjukkan variasi kegigihan secara konsisten baik lewat sikap maupun terutama perkataan.

Itulah iman.

Pertanyaan kritis, benarkah perempuan itu memaksakan Tuhan? Bukankah memaksa Tuhan itu tindakan konyol? Tuhan kok dipaksa. Kalo memang ia memaksa, kenapa malah dikasih sembuh? Jadi benarkan dia memaksa Tuhan? Coba cek kehendaknya dan kehendakNya, sama gak?

Bukankah kehendakNya adalah “oleh bilur-bilur Saya kamu sudah sembuh?”; “Aku mau” (Mat 8:3: Maz 103:2-3), sama dengan yang dikehendaki perempuan itu? Jadi jika kehendak keduanya sama, yakni sama-sama ingin orang sakit sembuh? So, di mana unsur “memaksa” nya?

Perempuan Siro-Fenesia/Kanaan itu tentu sudah tahu dari kesaksian orang banyak bahwa Yesus tidak pernah menolak menyembuhkan orang sakit. Jadi dia maju terus pantang mundur, yakin Tuhan tidak akan menolaknya, karena kita tahu itu memang kehendakNya.

Keberatan Yesus hanya karena masalah “teknis” belaka. Perempuan itu orang kafir penyembah berhala, kepada siapa Beliau tidak diutus. Itu nanti garapan Paulus dan kawan-kawan. Akan tetapi karena iman si perempuan itu, Tuhan akhirnya menyembuhkan anaknya.

Keselamatan datang dari bangsa Yahudi (Yoh 4:22), yang adalah keturunan Abraham. Yesus, berkat terbesar dari Allah kepada umat manusia, beretnis Yahudi. Melalui darahNya orang diampuni, melalui bilurNya orang disembuhkan.

Masing-masing berkat itu pada akhirnya akan dinikmati juga oleh “anjing” alias bangsa non Yahudi termasuk bangsa Indonesia:

"Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Perkataannya yang tepat dan benar sesuai Firman, yang ditunjukkan perempuan itu, yang menunjukkan imannya, membuat Tuhan pun akhirnya memujinya dan mengabulkan permohonannya.

Anda mendoakan orang sakit dengan gigih, Anda tidak memaksakan kehendak Anda terhadap Dia. Kan kehendak Anda dan kehendakNya sudah sama:

Kehendak Anda adalah sembuh atau orang yang Anda doakan sembuh; Sedangkan kehendakNya: ”sembuhkanlah orang sakit” (Mat 10:8), oleh “bilur-bilurNya kamu sudah sembuh”. Klop kan?

Dan hebatnya, kehendakNya itu tetap, tidak berubah-ubah dan kekal. Tuhan Yesus tetap sama baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr 13:8).

Kedua, variabel emosi dalam Anda menjalaninya. Tuhan Yesus mengatakan: “apa yang kamu minta dan doakan percayalah kamu sudah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”. Jadi pola pikir atau paradigma Anda adalah seolah-olah Anda sudah sembuh.

Ini paradigma lho, bukan menipu diri, harap Anda cerdas.

Anda pergunakan pemberian Tuhan yang sangat berharga: imajinasi Anda. Tawan dan taklukan imajinasi negatif (2 Kor 10:5) seperti: dokter angkat tangan, Anda meninggal, dikubur, anak-anak menangisi, anak-anak berebut warisan, dan sebagainya, ganti dengan imajinasi positif:

asiknya Anda berolahraga, jalan-jalan ke luar negeri, ibadah di gereja, ikut baksos, makan-makan di mal, dan sebagainya dengan tubuh Anda yang sehat, padahal faktanya Anda masih sakit. So, kalo Anda “sudah sembuh” apa dong emosi Anda? Tentu gembira dan semangat dan bersyukur.

Kan sudah sembuh. Alkitab bilang hati yang gembira dan penuh semangat adalah obat (Ams 17:22). Jadi Anda menjalaninya tidak dengan mewek, putus asa, cemas, kuatir, marah, tidak peduli tetapi dengan hati penuh sukacita, semangat dan syukur walaupun tubuh masih sakit.

Itulah emosi yang menunjukkan iman: gembira, semangat dan bersyukur, secara konsisten.

Saya belajar mendoakan orang sakit. Dari hasil pembelajaran saya, ada orang yang langsung sembuh setelah saya doakan, tetapi ada pula yang baru sembuh setelah kunjungan saya yang ke sekian kali.

Sekali waktu ada yang baru sembuh saya doakan setelah kunjungan ke-22. Totally healed. No obat no dokter. Si sakit sudah tidak mau lagi ke dokter atau minum obat lantaran dokter memvonis dia tidak bakalan sembuh seumur hidup.

Syukurlah kami, yakni saya dan si sakit sepakat untuk tidak menyerah.

Seandainya saya menyerah dan pada kunjungan ke-21 dan bilang begini kepada si sakit: “Pak, kita sudah berdoa, tapi sejauh ini kelihatannya Tuhan Yesus tidak menghendaki bapak sembuh, mungkin ada rencana indah dari Tuhan untuk bapak yang kita gak tahu”, maka si bapak tidak sembuh. _Why?_

Karena iman saya yang tadinya mengimani FirmanNya kini sudah gugur dan berbelok menjadi mengimani yang lain: “Tuhan tidak mau menyembuhkan si sakit”. Kalo sudah begitu, Tuhan Yesus, Allah pemegang kedaulatan tertinggi menetapkan: “Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29).

Oleh karena itu saya bersyukur si bapak ini tidak keberatan diajak maraton, beliau tetap semangat dan gembira walau belum tampak kesembuhan setelah didoakan berkali-kali. Kami berdoa terus sampai kehendakNya: “Oleh bilur-bilur Saya, bapak itu sudah sembuh”, terwujud.

Biar harus berdoa hingga sampai kunjungan ke-50 pun siapa takut, wong kami menjalaninya dengan riang gembira dan semangat kok. Ibarat bertanding bulu tangkis dan menang, walaupun menangnya rubber game. Kenapa ga straight game? Ah yang penting menang, itu menyenangkan.

Jadi faktor terakhir adalah bagaimana secara emosi Anda menjalaninya, itu menunjukkan iman Anda. Apakah Anda menjalaninya dengan tekun, konsisten, teguh, gigih, dengan emosi gembira, semangat dan rasa syukur atau dengan emosi murung, cemas, putus asa, takut, galau, gusar, kuatir, apatis dan sejenisnya.

Hati yang gembira adalah obat, tapi semangat yang patah keringkan tulang (Ams 17:22).

Ketiga, apakah Anda menggunaan otoritas Anda dengan perintah? (Mat 8:8-9), karena itulah iman. Tuhan Yesus heran perwira Romawi itu memahami cara kerja iman sama seperti dia menggunakan otoritasnya kepada prajurit bawahannya: perintah. Btw dia bukan Yahudi dan tidak mengenal Allah.

Tapi Tuhan pun memujinya imannya besar, padahal dia hanya memahami prinsipnya, belum bisa menjalankannya sendiri lantaran dia masih kafir belum jadi orang percaya, belum ada Roh Kudus di dalam hatinya yang memungkinkan dia menginjak-injak ular dan kalajengking (Luk 10:19).

Tapi imannya bahwa Yesus tidak perlu datang ke rumahnya, cukup perintahkan saja sembuh, seperti yang dia lakukan terhadap anak buahnya, itu sudah cukup bagi Tuhan untuk mengetahui bahwa imannya besar, yang tidak Beliau dapati di antara orang Israel.

Sejak lahir baru, Anda menerima Roh Kudus. Roh Kudus lebih besar dari segala roh yang ada di dunia ini (1 Yoh 4:4), termasuk roh sakit penyakit. Roh yang lebih kecil harus tunduk kepada roh yang lebih besar. Roh yang lebih besar berhak memerintah roh yang lebih kecil.

Sama seperti hirarki di kantor Anda: _office boy_ harus taat pada staf, staf harus taat pada manajer, manajer harus taat pada direktur, direktur harus taat pada dirut. Dengan Roh Kudus, Anda memiliki otoritas terhadap roh sakit penyakit, dalam nama Yesus, yang adalah Nama di atas segala nama (Fil 2:9).

Anda perintahkan sakit-penyakit keluar, Anda perintahkan roh jahat yang menggawangi penyakit, mereka semua HARUS keluar. Hanya masalahnya, Roh Kebenaran (Yoh 14:27) itu hanya bertindak jika Anda mentaati Firman yang adalah Kebenaran (Yoh 17:17). Apakah Anda taat?

Apa kata Firman?

Yesus Sang Firman itu mengatakan jika Anda memiliki iman sebesar biji sesawi saja katakan kepada gunung itu pindah maka gunung itu pun pindah (Mat 17:21; 21:21; Mark 11:23). Tuhan tidak pernah berkata: “Katakan kepada Saya, nanti Saya sendiri yang akan pindahkan gunungmu” TIDAK.

Anda sendiri buka mulut, perintahkan gunung itu pindah dalam nama Tuhan Yesus. Seorang sahabat heran setelah mengikuti saran saya untuk perintahkan penyakit keluar atau tubuhnya sembuh dalam nama Yesus, karena dia sembuh jauh lebih cepat ketimbang memohon kepada Tuhan Yesus. 

Dia heran, mengapa knowledge yang sederhana ini belum pernah dia dengar sebelumnya. Ah masa? Bukankah kotbah: “sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja..” sudah ribuan kali dia dengar dari atas mimbar? Jadi bukannya Tuhan tidak pernah memberikan knowledge itu.

Tetapi Tuhan bilang: “..engkaulah yang menolak knowledge itu” (Hos 4:6). Dia pikir ayat itu hanya kiasan. Masa diri sendiri perintahkan gunung pindah, gunungnya bisa pindah? Pasti ayat ini kiasan, begitu pikirnya.

Padahal Tuhan Yesus tidak bilang itu perumpamaan dan tidak memberikan artinya pula jika memang perumpamaan.

--

Btw Anda jangan salah lho. Bukan berarti kalo kita sembuh, sehat dan terus jadi ga bisa mati. Kalo Tuhan Yesus belum keburu datang ya kita semua akan mati. Tiap orang punya “masa kontrak” yang berbeda-beda. Dan jika saatnya tiba, tidak ada yang bisa menolaknya.

Akan tetapi jika saatnya tiba upayakan jangan mati karena sakit-penyakit, kecelakaan atau pembunuhan, kecuali menjadi martir. Menjadi martir artinya Anda memilih mati daripada menyangkal Dia. Karena Tuhan bilang jika Anda menyangkalNya di hadapan manusia,

Yesus akan balik menyangkal Anda di depan Bapa dan para malaikatNya (Mat 10:33, Luk 12:9). Karena “barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat 16:25; Mark 8:35; Luk 9:24).

Seorang sahabat yang pelayanannya mengusir setan/pelepasan meninggal di usia 79 tahun di gereja saat memberi kesaksian pelayanannya di berbagai pulau di Indonesia. Turun dari mimbar beliau duduk dan tiba-tiba meninggal, tanpa ada tanda-tanda serangan jantung, stroke dan sebagainya.

Dari muda sampai akhir hayatnya, --menurut keterangan isterinya-- semua indikator kesehatan beliau entah kolesterol, gula, asam urat, trigliserida, tensi dan lainnya bagus. Seseorang yang lain meninggal saat dia sedang berdoa dengan tubuh yang masih sehat di usa lanjut.

Tentunya cara mati seperti ini lebih baik daripada mati pasca berbulan-bulan berbaring di tempat tidur. Jangan bilang cara mati Anda itu urusan Tuhan. Jangan lemparkan tanggung jawab itu kepadaNya.

Anda bertanggungjawab atas kesehatan tubuh Anda. Jaga sebaik-baiknya. Karena dengan tubuh yang sehat, Anda bisa lebih maksimal dipakaiNya. Dan kalo ada yang sakit, 

taati perintahNya: “Sembuhkanlah orang sakit, bangkitkan orang mati, usir setan-setan. Kamu menerimanya dengan cuma- cuma, kamu berikan pula dengan cuma-cuma” (Mat 10:8).

Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit,

baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang LAHIR DARI IMAN akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni (Yak 5:14-15).

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan Anda seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan TUBUH Anda TERPELIHARA SEMPURNA dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita (1 Tes 5:23).

GBU


Anda ingin mendukung pelayanan saya? Silakan lihat desain kaos yang menarik ini:


Link untuk desain : "Authorized to heal the sick to cast out demons" : https://tees.co.id/ps/fb/870438 


Link untuk desain : "Faith needs action" teks hitam: https://tees.co.id/ps/fb/870440



Link untuk desain : "Faith needs action" teks putih: https://tees.co.id/ps/fb/870446


  


 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

- TUHAN BERDAULAT UNTUK MENYEMBUHKAN ATAU TIDAK MENYEMBUHKAN ANDA. BENARKAH?

TERBIASA MENGALAHKAN SINGA

”DENGAN BILUR-BILURNYA KAMU SUDAH SEMBUH.” SEMBUH DARI APAKAH YANG DIMAKSUD? BACA COMMENTARY!