IMAN DASARNYA WAJIB SAMA, IMAN METODENYA BOLEH BERBEDA. APA MAKSUDNYA?
Perhatikan orang-orang yang sudah disembuhkan oleh Tuhan Yesus di keempat kitab Injil. Pada umumnya mereka punya iman dasar yang sama yakni Yesus mampu menyembuhkan dan Yesus mau menyembuhkan.
Keduanya: yakni Yesus mampu dan Yesus mau adalah satu paket, karena tidak bisa hanya percaya Yesus mampu tetapi Yesus belum tentu mau, atau hanya percaya Yesus mau tapi belum tentu mampu. Jika satu saja tidak dipenuhi, mereka tidak sembuh.
Jika mereka yakin Yesus mau tapi belum tentu mampu, itu seperti orang-orang sekampung Tuhan Yesus yang tidak mau datang karena tidak percaya Yesus mampu lantaran mereka tahunya selama ini Yesus adalah tukang kayu. Datang saja tidak mau bagaimana bisa disembuhkan? (Mat 13: 54-58).
Jika mereka hanya yakin Yesus mampu saja tapi belum tentu mau, alias tidak yakin Yesus bersedia sembuhkan
mereka, mereka tentu tidak akan datang lalu dengan lantang, terus terang, tidak
ragu dan tidak malu-malu meminta Yesus untuk menyembuhkan diri mereka atau yang
sakit.
Sikap mereka sesuai dengan Firman: ”Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr 11:6).
Bahkan perempuan Kanaan/Siro Fenesia pun sedemikian yakin Yesus pasti mau menyembuhkan anaknya yang sakit karena dirasuk roh jahat (walau dia orang kafir), sehingga dia tetap gigih minta kesembuhan, biarpun Tuhan sudah bilang “Tidak”. Alhasil anaknya disembuhkan (Mat 15:21-28).
Terbukti, Tuhan Yesus tidak mencela perempuan itu karena sudah “memaksa” Tuhan menyembuhkan anaknya. Tuhan malah memuji kegigihannya dalam sikap dan perkataannya sebagai iman yang besar: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki” (Mat 15:28).
Bagaimana dia bersikap dan berkata? Awalnya berteriak-teriak, gagal tapi tidak menyerah. Lalu berobah jadi memohon dan gagal tapi tetap tidak menyerah. Lalu terakhir jadi menyembah Dia sembari “berargumentasi” dengan perkataan yang benar, dan alhasil sukses. Keinginannya terkabul.
Btw dari semua orang yang minta sembuh, hanya ada satu orang yang mempertanyakan kehendakNya yakni si orang kusta. Tapi dia tidak meragukan, hanya bertanya. Dan jawaban Yesus makin menegaskan kehendakNya: ”Aku mau jadilah engkau tahir (sembuh)” (Mat 8:3, Mark 1:41, Luk 5:13).
Dalam bahasa aslinya, ayat itu tidak mengacu kepada kehendakNya yang sifatnya temporer dan diskriminatif, melainkan menunjukkan kehendak alamiah dan kekal Yesus selaku Allah yang selalu mau menyembuhkan selain mengampuni siapa pun yang datang kepadaNya.
Pemazmur menyatakannya juga: “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,” (Maz 103:2-3).
Karena tidak tercatat dalam Injil Yesus pernah menolak atau menyeleksi orang yang minta disembuhkan, entah berdasarkan status sosial atau kesucian hidup. Hanya, kepada orang berdosa yang sudah disembuhkanNya, Dia berpesan jangan berbuat dosa lagi agar tidak menjadi lebih buruk (Yoh 5:14).
Btw
kebanyakan orang yang disembuhkan olehNya, mereka menyerahkan kepada Yesus
metode kesembuhan mereka. “Metode” yang dimaksud di sini adalah cara atau
teknis bagaimana kesembuhan tersebut diwujudkan atau dieksekusi.
Mereka berserah apapun tindakan Yesus kepada mereka, yang penting mereka
sembuh:
Umumnya dengan Yesus meletakan tanganNya ke atas orang sakit; ada yang dengan menunjukkan diri kepada imam (penderita kusta); ada yang dengan mencampurkan ludahNya dengan tanah dan mengoleskannya ke mata (orang buta) lalu dibasuh; ada yang hanya dengan sepatah kata; dsb.
Namun ada juga sebagian orang yang mengimani sendiri “metode” kesembuhannya. Mereka ini percaya Yesus mampu dan mau menyembuhkan namun hanya dengan cara yang mereka --bukan Yesus-- tentukan sendiri.
Siapa saja mereka? Perempuan sakit pendarahan, Yairus dan perwira Romawi.
Perempuan sakit pendarahan mengimani bahwa dia bisa disembuhkan hanya dengan cara memegang jumbai jubah Yesus. Bukan hanya caranya yang dia imani, timing kesembuhannya pun dia tentukan sendiri juga. Dia mengimani sembuhnya kapan? Tepat begitu dia memegang jumbai jubahNya.
Apa latar
belakang dia mengimani itu? Karena dianggap najis, dia dapat menyebabkan orang
lain atau segala benda yang disentuhnya menjadi najis (Im 15:19-23). Jadi
jangan sampai ada orang tahu dia sakit pendarahan. Dia ingin sembuh oleh kuasa
Yesus tanpa orang lain dan Yesus sendiri tahu.
Yairus, kepala sinagoga, mengimani bahwa anaknya bisa disembuhkan hanya dengan cara: Yesus meletakkan tanganNya atas anaknya yang sakit (Mat 9:18-19; 23-30; Mark 5:21-43; Luk 8:40-55). Why? Karena umumnya Yesus menyembuhkan dengan cara demikian sehingga cara itu dia imani.
Alkitab pun mengatakan cara murid-murid Yesus menyembuhkan orang sakit antara lain dengan: “..meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mark 16:18).
Perwira Romawi mengimani bahwa Yesus tidak perlu repot-repot ke rumahnya, cukup perintahkan saja dari jauh, pasti hambanya sembuh. Why? Dia melihat bahwasanya ada prinsip kerja yang sama dengan dia selaku prajurit berpangkat tinggi dengan cara kerja Tuhan Yesus, yakni: otoritas.
Menariknya, Tuhan Yesus tidak mengkritik atau mengoreksi “metode” yang mereka imani. Tuhan Yesus pernah bilang kepada si sakit: ”jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29).
Kepada perempuan sakit pendarahan, tidak pernah Tuhan bilang: ”Harusnya kamu bicara terus terang, jangan dengan diam-diam menjamah jubah-Ku seperti itu, Aku bisa sembuhkan engkau tanpa harus bersentuhan, bukan?” Tidak.
Tidak pula Yesus berkata kepada Yairus: ”Tenang Yairus, Aku bisa sembuhkan anakmu hanya dengan sepatah kata kok, tidak harus Aku berkunjung ke rumahmu” Tidak. Apalagi kepada perwira Romawi. Tuhan malah heran melihat imannya yang besar yang tidak dijumpaiNya di antara orang Israel.
Tuhan Yesus oke oke saja dengan iman mereka, tapi Tuhan menghendaki mereka memegang teguh “metode” yang mereka imani sendiri, sampai kesembuhannya terwujud. Karena iman mereka akan menghadapi tantangan yang tidak mudah. Apa saja tantangan yang mereka hadapi?
Perempuan sakit pendarahan harus berusaha jangan sampai ada yang tahu dia sakit pendarahan. Dia harus berjuang dengan gigih menelusup di antara banyak orang laki-laki yang saling berdesak-desakan di sekitar Tuhan Yesus, sampai dia berhasil menjamah jumbai jubahNya.
Jika dia sampai ketahuan oleh orang-orang bahwa dia sakit pendarahan, dia bisa diusir. Jika diusir sehingga gagal menjamah jumbai jubahNya, dia tidak akan sembuh. Syukurlah dia berhasil mengatasi tantangan itu sehingga akhirnya dia sembuh.
Btw garment, selain air (minyak – Mark 6:13) merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai “point of contact” dalam menyembuhkan orang sakit. Dan “metode” kesembuhannya tersebut in line dengan kehendakNya.
Karena di Alkitab juga dikatakan “orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat” (Kis 19:12).
Tantangan bagi perwira Romawi adalah masalah yang bisa timbul akibat kunjungan Yesus yang Yahudi ke rumahnya. Yesus mampir ke rumah Matius pemungut cukai pun sudah cukup bikin heboh ahli Taurat dan Farisi, apalagi jika Dia berkunjung ke rumah orang kafir yang juga adalah penjajah.
Syukurlah
imannya terhadap “metode” kesembuhannya yakni otoritas yang diwujudkan lewat
perintah adalah sebuah solusi jitu selain hal itu juga in line dengan kehendakNya:
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini:
Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi
percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi
baginya” (Mark 11:23).
Namun tantangan terberat justru dialami Yairus. Apa tantangannya? Mulut manusia. Yesus masih berbicara, orang dari keluarganya bilang: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusahkan guru?” (Mark 5:36). Kelihatannya bijak tapi berpotensi melemahkan iman Yairus.
Tuhan Yesus berkepentingan menjaga iman Yairus agar tidak pupus sebelum melihat Tuhan meletakkan tanganNya atas anaknya sehingga anaknya sembuh, seperti yang diimaninya. Makanya Tuhan tidak menghiraukan perkataan mereka dan sebaliknya malah menguatkan Yairus:
“Jangan takut, percaya saja” (Mark 5:36). Lalu Tuhan tidak mengajak semua muridNya tapi hanya Petrus, Yakobus dan Yohanes yang boleh ikut. Setibanya di rumah Yairus, banyak orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring (Mark 5:38). Ini sangat mengintimidasi iman Yairus.
Tindakan Tuhan Yesus terhadap mereka yang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring adalah dengan mengcounternya melalui perkataan: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati tetapi tidur”, tapi respon mereka malah menertawakan Yesus (Mark 5:40).
Akhirnya Tuhan Yesus mengambil langkah tegas dengan mengusir semua orang-orang di situ dan hanya memperbolehkan ketiga muridNya, Yairus dan isterinya yang boleh hadir di ruangan itu. Saat itulah Yairus melihat apa yang diimaninya tanpa gangguan dan intimidasi dari orang-orang:
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" (Mark 5:40-41). Dan anaknya pun sembuh.
Sekali lagi,
Tuhan Yesus tidak mencampuri apa yang mereka imani terkait bagaimana cara
mereka atau orang terdekat mereka disembuhkan. Tapi Tuhan mengingatkan mereka
agar dengan teguh dan konsisten memegangnya
sampai kesembuhan itu terjadi dengan cara yang mereka imani.
Perempuan sakit pendarahan sembuh karena berhasil menjamah jubah Yesus, sesuai
dengan “metode” yang dia imani. Tuhan Yesus tidak mencela “metode” nya malah
memujinya dan menguatkannya ”Teguhkanlah hatimu hai anakKu imanmu telah
menyelamatkan engkau”(Mat 9:22).
Pasca perempuan ini dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada Yesus (Mark 5:33) orang-orang jadi ngeh dengan “knowledge” tersebut. Hal itu memberi inspirasi bagi orang-orang di Genesaret pada waktu Yesus datang ke wilayah tersebut. Alkitab menulis:
Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya. Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh (Mat 14:35-36).
Tuhan Yesus kini bisa lebih santai, tidak perlu meletakkan tangannya atau memerintahkan penyakit keluar, tinggal membiarkan mereka satu-persatu memegang jubahNya. Alkitab mencatat: “Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh” (Mat 14:36). “Semua” artinya 100%.
Hamba perwira Romawi sembuh karena atasannya itu berhasil mengemukakan idenya kepada
Yesus yang diterima baik oleh Yesus karena in line dengan Kebenaran bahwa Yesus sebagai Pribadi dengan
hirarki tertinggi memiliki otoritas yang tinggal dijalankanNya dengan perintah
saja.
GBU
Komentar
Posting Komentar