MAIN BULTANG GEMBIRA DAN SEMANGAT ADALAH OBAT

Pak Andy namanya. Ganteng orangnya, jago main bulutangkisnya. Pukulannya penuh tipu daya, tak terduga-duga arahnya, bikin kami sering mati langkah.  Kalo dia sudah beraksi, pasti pontang-panting kami dikocoknya. Padahal usia beliau sudah memasuki pertengahan kepala 6.

Suatu hari saat asik bermain, dia menerima bola yang tanggung dari lawan mainnya.  Wah enak bener untuk di-smash. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Tapi begitu dia menghujamkan pukulannya, tiba-tiba dia berteriak kesakitan: ”Adouuuh”. Oh kelihatannya ada masalah yang serius. 

Benar. Tiga hari kemudian sesuai jadual grup kami bermain, tampak beliau duduk termenung di pinggir lapangan. Wajahnya kuyu, gairahnya hilang sama sekali. Dengan pelan dia berkata: “Pak Warih, dokter mengatakan saya sudah tidak boleh main bulutangkis sama sekali seumur hidup”.  

Lalu dia menceritakan bagaimana dokter memeriksanya dengan seksama lewat bantuan berbagai alat pemindai dan memastikan bahwa dia menderita robek otot serius pada bahunya sehingga tidak diperkenankan lagi bermain bulutangkis jika tidak mau mengalami cedera yang lebih parah. 

Mendengar ceritanya, saya langsung menjawab: ”Tapi Tuhan Yesus bilang sama saya, bapak harus tetap main bulutangkis”. Dia setengah tidak percaya mendengarnya: “Ah masak?” “Mau ga bapak saya doakan”, tawar saya. Dia bersedia.

Lalu saya meletakkan tangan saya  ke atas bahunya yang sakit. Saya buka mulut, tidak memohon tapi hanya bersyukur bahwasanya Bapa sorgawi sudah menyembuhkan dia dengan bilur-bilur Tuhan Yesus: “Terimakasih Bapa Engkau sudah sembuhkan pa Andy dengan bilur-bilur Tuhan Yesus”.

Kemudian saya perintahkan bahunya sembuh: ”Otot, darah, daging, tulang dan saraf serta jaringan saya perintahkan kembali normal seperti semula dalam nama Yesus!”. Kemudian saya tahan tangan saya tetap di atas bahunya selama 20 detik. Lalu saya lepaskan.

“Coba bapak gerakan tangan bapak sekarang, apakah sakitnya masih ada?” tanya saya. Pa Andy menggerakkan tangannya ke atas, ke bawah ke samping ke kiri dan kanan, sesuai instruksi saya. “Sakitnya udah ga ada, padahal tadi sakit sekali sebelum pa Warih doakan” jawabnya keheranan. 

“Oke kita coba ya” tantang saya. Dia mengangguk, lalu mengambil raketnya dan turun ke lapangan. Dia mencoba satu dua kali pukulan biasa yang pelan. Bahunya kini sudah  tidak sakit lagi. Lalu pukulan lob yang tinggi, sakitnya sudah hilang. 

Wajahnya kini berubah gembira, semangatnya timbul kembali.  “Ayo kita main seperti biasa,” ajak saya. Lalu kami pun bermain. Dan seperti biasanya, pa Andy pun berlari ke sana ke mari mengejar bola dengan lincahnya serta sembari menampilkan pukulan-pukulan mautnya. 

Tapi tatkala dia dapat bola tanggung dan menyemesnya, “Ouuch” dia kembali berteriak. O rupanya kalo buat mukul biasa, bahunya sudah ga sakit, tapi kalo buat nyemes masih sakit. “Oke gini saja” usul saya, “bapak tetap main tapi jangan nyemes dulu ya.”

“Boleh mukul apa aja asal jangan smash” lanjut saya. Beliau setuju. Dia tetap main dengan semangat dan gembira walau belum bisa nyemes.  Sempat kami berhenti sebentar, lalu saya doakan dia lagi. Tapi kondisi bahunya tidak berubah. 

Jadi kesembuhan sudah terjadi tapi belum sepenuhnya, katakanlah baru “sembuh 50%”. Dia sudah bisa main seperti biasa, hanya belum bisa smash. Tapi bagi beliau ga masalah. Bisa bermain lagi itu merupakan hal yang luar biasa baginya. Wong tadinya dia divonis sudah tidak boleh main lagi. 

Tiga hari kemudian sesuai jadwal —kami main dua kali seminggu tiap Selasa dan Sabtu--  kami berjumpa lagi di lapangan.  Saya cek kondisi bahu beliau. Masih sama. Baru “sembuh 50 persen” alias sudah bisa bermain tapi masih belum bisa smash. Saya mendoakannya lagi. 

Saya pegang bahunya, saya mengucap syukur kepada Bapa bahwa Tuhan Yesus melalui bilur-bilurNya sudah menyembuhkan pa Andy. Lalu saya perintahkan bahunya dan segala organ yang di dalamnya sembuh dalam nama Yesus . Tunggu sebentar, kemudian kami main lagi. Apa yang terjadi?

Nah kali ini tangan pa Andy benar-benar telah sembuh. Puji Tuhan, Haleluya, pa Andy kini sudah bisa nyemes tanpa sakit sama sekali. Beliau semakin bersuka cita dan semangat. Berkali-kali kami dismashnya. Dia sudah sembuh 100%. Tiga hari kemudian kami bermain lagi.  

Tapi heran, kenapa kondisinya balik lagi ke posisi “sembuh 50%” ya, alias masih sakit kalo buat nyemes? Ah saya tidak boleh menyerah, lalu saya doakan lagi. Begitu selesai saya doakan, bahunya benar-benar telah pulih alias sudah bisa nyemes lagi tanpa sakit, dan pa Andy pun menggila kembali. 

Sampai di sini saya yakin kini dia sudah benar-benar  pulih. Tapi selang tiga hari kemudian tatkala kami bertemu, kondisi bahu beliau balik lagi mode “sembuh 50%” alias bisa main tapi ga bisa smash.  Saya doakan lagi,  baru setelah itu dia sembuh 100% alias bisa nyemes

Dan kejadian ini terus berlangsung berulang-ulang dengan pola yang sama: saat berjumpa kondisi balik ke “sembuh 50%”, begitu didoakan langsung “sembuh 100%” dan tiga hari kemudian balik lagi ke “sembuh 50%”, sehingga saya harus mendoakan dia dulu sebelum kami bermain agar dia bisa nyemes saya.

Akan tetapi saya tidak mau menyerah, begitu pula pa Andy. Bagi saya tidak masalah berdoa berkali-kali yang penting sahabat saya ini benar-benar menikmati anugerah kesembuhan oleh bilur-bilurNya secara sempurna. Dan bagi beliau, sudah bisa bermain walau belum bisa nyemes itu suatu anugerah yang luar biasa. 

Jadi setiap kami mau bermain, kami melakukan “ritual” wajib dulu yakni saya meletakkan tangan saya di atas pundaknya, mendoakannya, baru kami main. Kalo ga begitu, pa Andy ga bisa nyemes . Ini sempat ditonton orang-orang dari grup lain. Buat saya EGP: emang gue pikirin

Saya sempat berpikir : Tuhan, ini mau sampai berapa lama? Tapi kemudian saya ga ambil pusing. Bodo ah, yang penting kami semua enjoy dan semangat terutama pa Andy. Kami berdua sudah bikin kesepakatan untuk terus berdoa sampai kapanpun juga hingga beliau sembuh.

Itu sesuai FirmanNya: “Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 18:19). Kami berdua sepakat tidak akan menyerah melakukan “ritual” itu sampai bahunya benar-benar telah sembuh sempurna. 

Kejadian tersebut terus berlangsung hingga sekitar tiga bulan kemudian, pada suatu titik di mana kami lupa melakukan “ritual” itu. Saya lupa mendoakan dia sebelum main, beliau juga lupa minta didoakan. Tatkala kami sedang asik-asiknya bermain, saya menghentikan permainan secara tiba-tiba: 

“Sebentar, sebentar pak,” sela saya, “kita udah dua kali bertemu, lupa berdoa sebelum bermain, emang bahu bapak sudah ga sakit buat nyemes?” tanya saya. Beliau juga baru ngeh: ”Eh iya ya, udah enggak sakit tuh”. Puji Tuhan

Dan sejak itu hingga seterusnya memang beliau sudah bisa nyemes dengan kencang tanpa sakit, tanpa saya harus doakan. Bahu pa Andy sudah sembuh sempurna 100%, no obat, no dokter, karena beliau sudah tidak mau ke dokter pasca vonis dokter bahwa dia tidak bakal sembuh seumur hidup.

Btw apa yang membuat dia sembuh? Tentu iman, lantaran Tuhan Yesus bilang: “Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29). Iman timbul dari pendengaran akan Firman Kristus (Roma 10:17). Firman mana yang kami imani? “Aku mau jadilah engkau tahir/sembuh” (Mark 1:41).

Jadi saya percaya Tuhan Yesus bukan cuma berkuasa menyembuhkan tapi juga MAU sahabat saya sembuh. Makanya saya bilang ke beliau sehabis dia divonis oleh dokter bahwa Tuhan Yesus malah bilang sebaliknya: dia harus main bulutangkis lagi. 

Btw Anda jangan keliru lho. Saya tidak menyalahkan vonis pa dokter, karena berdasarkan pengalaman, ilmu kedokteran modern dan teknologi canggih yang pa dokter miliki, bisa saja pa Andy benar-benar akan mengalami cidera yang lebih buruk jika dia nekat main bulutangkis lagi. 

Tapi jangan Anda lupa ada Hakim segala hakim, yakni Yesus Sang Hakim Agung yang akan menghakimi seluruh umat manusia (Wah 19:11). Sang Hakim itu sudah menjatuhkan “vonis” kepada sahabat saya. “Vonis” Hakim itu yang saya imani.

Apa bunyi “vonis” Nya? Ini: “oleh bilur-bilur  Saya, pa Andy sudah sembuh” (Yes 53:5, Mat 8:16-17, 1 Pet 2:24b). Kami kejar terus “vonis” itu dengan hati yang gembira dan semangat, karena hati yang gembira dan semangat yang tinggi itu adalah iman (Ams 17:22).  

Saya semangat mendoakan, pa Andy gembira dan semangat bermain.  Imannya mencuat  lantaran dia sudah merasakan kesembuhan walau belum sempurna. 

Kondisi gembira dan semangat itu kami pertahankan terus  sampai “vonis”  Tuhan Yesus: ”Pa Andy sudah sembuh oleh bilur-bilur-Ku” terwujud secara fisik.  Dan terbukti, Beliau tidak berdusta.

Btw peristiwa itu terjadi sekitar setahun sebelum pandemi Covid-19. Sayang setelah itu beliau tidak mau lagi main bulutangkis lantaran takut terkena virus Covid-19, padahal tidak ada satu pun anggota grup bulutangkis kami yang terkena penyakit itu hingga kini. Tidak satupun. 

Sekitar akhir tahun 2023, saya berkesempatan berjumpa lagi dengan beliau di lapangan tatkala dia mengantarkan isterinya yang minta didoakan karena tangannya sakit. Tangan isterinya langsung sembuh seketika setelah saya doakan. Lalu saya bertanya kepadanya:

“Apakah bahu bapak pernah sakit lagi setelah sembuh saya doakan waktu itu sebelum pandemi?” Dia bilang: ”Tidak. Tidak pernah sakit lagi sedikitpun”. Dia sudah sembuh sempurna 100% selama-lamanya, karena Tuhan Yesus tidak pernah bilang: “Oleh bilur-bilur-Ku dia 50% sembuh”. Tidak.

Tetapi: “Oleh bilur-bilur-Ku dia sudah sembuh” alias sembuh sempurna. Dan kami yakni saya dan sahabat saya pa Andy, sudah bersepakat (Mat 18:19) untuk mewujudkan FirmanNya,  melalui doa yang gembira dan semangat (Ams 17:22) sampai kesempurnaanNya itu terwujud. 

GBU.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

- TUHAN BERDAULAT UNTUK MENYEMBUHKAN ATAU TIDAK MENYEMBUHKAN ANDA. BENARKAH?

TERBIASA MENGALAHKAN SINGA

”DENGAN BILUR-BILURNYA KAMU SUDAH SEMBUH.” SEMBUH DARI APAKAH YANG DIMAKSUD? BACA COMMENTARY!