DOA YANG BERIMAN: YANG MEMERINTAHKAN ATAU YANG MEMOHON? (1)

Sudah menjadi hukum dan ketetapanNya bahwa doa tanpa iman, Tuhan tidak senang dan doa itu tidak bakal dikabulkan:

 “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr 11:6).

 Jadi Anda hanya buang-buang waktu jika Anda berdoa tanpa keyakinan Tuhan mengabulkan doa Anda. Hukum dan ketetapan ilahi itu dinyatakan secara jelas dan terang-terangan oleh Tuhan Yesus kepada si sakit yang minta sembuh:

 ”Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29). Dengan iman, si sakit bukan hanya sembuh, tapi sekaligus dosanya dihapuskan:

 “Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak 5:15). Konsekuensinya jangan bikin dosa lagi agar tidak terjadi hal yang lebih buruk (Yoh 5:14).

 Semakin besar iman si pendoa, semakin dikabulkan doanya. Iman yang besar itu yang bagaimana? Iman yang besar adalah iman yang menyadari otoritas yang dimiliki si pendoa dan mengeksekusi otoritas itu dengan memberi perintah.

 Dia memahami bahwa secara hirarkis, secara roh dia memiliki pangkat yang lebih tinggi daripada yang diperintah. Dia sadar bahwa Roh Kudus, yang di berdiam secara permanen di dalam hatinya dan yang sudah bersatu dengan rohnya (1 Kor 6:17) lebih besar daripada segala roh yang ada di dunia (1 Yoh 4:4).

 Di alam roh, roh yang lebih kecil harus tunduk pada perintah roh yang lebih besar/lebih tinggi, sama halnya dengan hirarki di dalam kantor tempat Anda bekerja atau di kemiliteran.

 Direktur berhak memeritahkan manajer, manajer berhak memerintahkan staf, staf berhak memerintahkan office boy. Manajer, staff dan office boy wajib taat pada perintah atasan mereka. Tentu saja perintah atasan harus sesuai dengan AD/ART kantor tersebut.

 Demikian pula di kemiliteran, jenderal berhak memerintahkan kolonel, kolonel memerintahkan letnan, letnan memerintahkan kopral. Kolonel, letnan, kopral harus taat pada atasan mereka. Tentu saja perintah tersebut harus sesuai dengan aturan yang tertuang di kemiliteran.

Hukum dan ketetapan ilahi itu juga dinyatakan secara gamblang oleh Tuhan Yesus tatkala Beliau memuji iman perwira Romawi yang minta hambanya disembuhkan itu sebagai iman yang besar: "..sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel”

 Tuhan Yesus heran bagaimana orang kafir ini mampu menyadari otoritas yang Dia miliki dan how to operate it (Mat 8:5-10): dengan perintah. Sehingga Tuhan pun memujinya. Padahal si perwira itu “hanya” memahami bahwa cara kerja Yesus sama dengan cara kerjanya, bukan sebagai pelaku iman.

 Jadi si pendoa tidak memohon kepada Tuhan Yesus untuk mengusir setan yang merasuki seseorang tapi dia membuka mulutnya sendiri memerintahkan roh jahat itu keluar atas Nama Tuhan Yesus, dan Roh Kudus yang di dalam hatinya akan bertindak.

Otoritas yang dimiliki oleh si pendoa itu adalah otoritas Nama Tuhan Yesus dan kuasa yang mengalir dari tubuh si pendoa itu adalah kuasa Roh Kudus. Si pendoa berhak memerintahkan roh jahat itu, roh jahat itu wajib taat kepada perintah si pendoa itu. Why?

Nama Yesus adalah nama di atas segala nama: “supaya di dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi” (Fil 2:10).

 Jika roh itu membangkang? Roh Kudus yang lebih besar daripada semua roh yang ada di dunia, akan bertindak menghajarnya habis-habisan. Mengapa Roh Kudus pasti bertindak?

 Karena Roh Kebenaran itu (Yoh 16:13) hanya akan bertindak jika si pendoa mengimani dan mentaati FirmanNya, yang adalah kebenaran (Yoh 17:17b). Firman yang mana? Yang ini: “usirlah setan-setan” (Mat 10:8), mana lagi? Ini:

 “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak 4:7). Ada lagi? “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking .. sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu“ (Luk 10:19).

Semua dilakukan dalam kerangka ketaatan pada FirmanNya, karena iman yang dimaksud Tuhan adalah iman kepada FirmanNya, bukan iman kepada yang lain (Roma 10:17). Jadi si pendoa tidak bisa memerintahkan roh jahat untuk melakukan hal lain yang bertentangan dengan FirmanNya.  

 Sebagaimana halnya si pendoa bertindak terhadap roh jahat sebagai perwujudan iman yang besar, demikian pula dia bertindak terhadap sakit-penyakit. Sebagai anak-anak Perjanjian Baru yang sadar memiliki Roh Kudus di dalam hatinya, dia tidak begging kepada Tuhan meminta si sakit sembuh,

 melainkan memerintahkan penyakit keluar dan atau perintahkan tubuh si sembuh dalam Nama Tuhan Yesus.  Itulah iman yang besar:

“..Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu” (Mat 17:20).

Jadi jika si pendoa biasanya berdoa memohon si sakit sembuh, lalu menyadari bahwa dia memiliki otoritas Tuhan Yesus, lalu mengeksekusinya dengan membuka mulut dan memerintahkan penyakit keluar, maka sejatinya dia sudah menaikkan level imannya dari kecil menjadi besar.

Tinggal dia berlatih, berlatih dan berlatih, artinya konsisten melakukannya di sepanjang hidupnya saat menghadapi sakit penyakit, agar dia semakin mahir sehingga kesembuhan semakin cepat dan sempurna, sesuai kehendakNya: ”Oleh bilur-bilurNya kamu sudah sembuh” (1 Pet 2:24b, Mat 8:16-17).

Pendoa yang bertindak seperti itu sangat tahu benar akan rahasia yang berabad-abad tersembunyi turun-temurun dan yang  baru sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya. Apa itu? “Christ in you, the hope of glory” (Kol 1:27).

Tatkala dia membuka mulut dan memerintahkan penyakit keluar dan atau tubuh sembuh dalam Nama Yesus, Kristus yang ada di dalam hatinya, yang diwakili oleh Roh Kudus, akan bertindak. Karena Roh Kudus bertindak, si sakit sembuh, dan Anak Allah dimuliakan (Yoh 11:4).

Iman yang besar yakni yang menyadari otoritas yang dimiliki dan menjalankan otoritas itu dengan perintah, mestinya tidak sulit dipahami oleh orang Kristen. Kenapa? Karena sehari-hari mereka melihat dan bahkan melakukannya dalam hidup mereka.

Di kantor sebagai atasan mereka memiliki otoritas terhadap anak buah mereka. Bagaimana otoritas itu dijalankan? Sama, tentu dengan membuka mulut dan memberi perintah. Tidak harus berteriak, tapi tegas dan yakin bahwa mereka adalah atasan yang patut ditaati. Jika anak buah membangkang?

Tinggal diberi SP (Surat Peringatan) 1 atau SP2 supaya si bawahan sadar tak ada gunanya membangkang perintah atasan karena itu berisiko kena PHK. Kalo si pendoa tidak bekerja di kantor atau bukan pengusaha tapi berprofesi sebagai pekerja mandiri?

Mereka pasti punya pihak ke-tiga yang harus taat pada perintahnya, entah pemasok barang, kurir pengirim barang, dan sebagainya. Atau selaku orangtua, mereka berhak memerintahkan anak bukan?

Jadi tinggal “copy paste” kebiasaan mereka selaku atasan memberi perintah kepada bawahan yang kelihatan, sekarang jadi selaku anak Tuhan yang memegang otoritas Tuhan Yesus memerintahkan bawahan yang tidak kelihatan: iblis dan atau sakit penyakit.

Hanya kepada iblis, roh jahat dan sakit penyakit saja kah? Tidak tapi segala yang ada harus tunduk: ”..dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi” (Fil 2:10).

"Segala yang ada" berarti segala roh (yang bukan dari Tuhan) dan daging, ruang dan waktu, materi, energi, binatang, tumbuhan, virus, situasi/kondisi, masalah, sakit penyakit dan cuaca, harus tunduk kepada Nama Yesus. Contoh

Anda lagi shooting film tapi hujan ga berhenti, Anda bisa rugi ratusan jutaan rupiah. Anda tentu tidak akan panggil pawang hujan. Anda berdoa mengucap syukur bahwasanya Tuhan Yesus setia dengan FirmanNya lalu Anda tunjuk ke langit perintahkan dengan tegas hujan berhenti dalam nama Yesus.

Yakinlah Tuhan mulutNya bisa dipercaya: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya” (Mark 11:23).

Tinggal Anda, apakah Anda percaya dengan OmonganNya? Nanti dianggap kurang waras bagaimana? Lho bukankah Tuhan Anda juga dianggap kurang waras (Mark 3:21)? Bukankah seorang murid akan sama dengan gurunya (Luk 6:40)?

Kenapa harus pusing dengan pendapat orang sejauh Anda taat pada FirmanNya? Maukah Anda melihat kemuliaan Tuhan? Perintahkan pikiran negatif keluar dari otak Anda dalam nama Yesus, dan laksanakan FirmanNya, maka Anda akan melihat mujizatNya!

Ok, lalu apakah doa dengan memohon itu berarti doa yang tak beriman? Jangan salah, Tuhan Yesus tidak pernah melarang orang berdoa dengan memohon. Lalu  berdoa dengan memohon tapi memiliki iman yang besar itu bagaimana?

Sampai besok

GBU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

- TUHAN BERDAULAT UNTUK MENYEMBUHKAN ATAU TIDAK MENYEMBUHKAN ANDA. BENARKAH?

TERBIASA MENGALAHKAN SINGA

”DENGAN BILUR-BILURNYA KAMU SUDAH SEMBUH.” SEMBUH DARI APAKAH YANG DIMAKSUD? BACA COMMENTARY!