SUDAH DISEMBUHKAN TAPI SAKITNYA BALIK LAGI. KOK BISA?

 Dari sekian orang yang saya doakan dan sembuh, ada sejumlah kasus menarik seperti ini:

 Dua orang, A dan B yang tidak saling mengenal dan saya doakan di tempat yang berbeda, sama-sama menderita sakit asam urat, mereka sembuh begitu selesai saya doakan tapi sekitar 3 bulan sakitnya balik lagi.

 Seorang yang lain, C yang menderita peradangan sendi pada kakinya, sembuh setelah saya doakan tetapi 6 bulan namun kemudian saya mendapati sakitnya timbul kembali.

 Si D, tiba-tiba tuli pada salah satu telinganya dan langsung sembuh dan bisa mendengar begitu saya doakan tapi hanya dalam hitungan hari tulinya balik lagi.

 Seorang ibu, E, dalam keadaan kritis dan koma selama berminggu-minggu di rumah sakit dan begitu saya doakan langsung bangun dan sembuh keesokan harinya. Haleluya, seluruh keluarganya bergembira, tapi eforia itu terhenti mendadak karena 3 hari kemudian ia meninggal.

 Terakhir, si F seluruh tangan, lengan dan bahunya merasa sakit yang tidak jelas, saya doakan, langsung sembuh tapi kesembuhannya hanya bertahan seminggu setelah itu sakitnya timbul lagi.

 What happen? Mengapa orang yang sudah disembuhkan olehNya, tapi sakitnya balik lagi? 

 Sahabat saya --seorang hamba Tuhan-- mengatakan, Tuhan pada dasarnya memang tidak menghendaki orang-orang itu sembuh.

 “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” kata Ayub (Ay 1:21b). Dia yang menyembuhkan, tapi Dia pula yang mengambil kesembuhan itu.

Ehm Really? Benarkah Tuhan tidak menghendaki orang-orang itu sembuh? Benarkah Tuhan itu pribadi yang suka ngambil apa yang Dia sudah berikan kepada Anda, tanpa bilang-bilang ke Anda pula?

Saya adalah orang yang tidak percaya terhadap hal omong kosong seperti itu. Oleh sebab itu ini tindakan saya:

Terhadap si A dan B yang sakit asam uratnya balik lagi dalam tempo 3 bulan setelah disembuhkan, saya bertanya dengan pertanyaan yang tajam: “Jawab dengan jujur, kenapa sakitnya balik lagi?” Apa jawab mereka?

Si A mengatakan dia amat suka sekali makan kacang dan tetap melanjutkan kebiasaannya secara jor-joran walau dia tahu tubuhnya amat sensitif terhadap makanan itu. Si B menjawab dia tidak bisa menahan hasratnya untuk tetap menyantap jeroan seperti biasanya.  

Oo jadi jelas bukan Tuhan yang mengambil kesembuhan mereka tapi mereka sendiri yang tidak mau menjaga tubuh yang sudah disembuhkanNya.

Tuhan Yesus terhadap orang di tepi kolam Betesda yang sudah disembuhkanNya berkata: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk" (Yoh 5:14).

Sakit asam urat yang diderita oleh si A dan B memang bukan lantaran mereka berbuat dosa, tapi setelah disembuhkan mereka mengulangi lagi apa yang menjadi penyebab mereka sakit: makan makanan yang jadi biang kerok penyakit mereka secara tidak bijaksana.  

Saya yakin jika mereka tetap makan makanan itu dalam porsi yang wajar, penyakit itu tidak akan datang kembali. Tetapi mereka dengan sengaja mengundang penyakit itu datang lagi. Tuhan sudah menyembuhkan, tapi manusia harus bertanggung jawab untuk menjaganya.

Ibarat seorang gembala yang sudah menyelamatkan seekor domba yang kecemplung empang, setelah domba itu ditaruh di tempat yang aman, ya janganlah si domba bermain-main di tepi telaga itu lagi.

Bagaimana dengan si C? Berdasarkan keterangan isterinya, C punya karakter yang kurang positif, yakni sering tidak pernah merasa puas dalam hal apapun, sering komplain atau bersungut-sungut bahkan terhadap hal-hal yang sebenarnya bukan menjadi urusannya.

Cepat atau lambat, jika si C tidak merobah mulutnya setelah dia sembuh, tidak rajin bersyukur, atau tidak mau mengampuni kesalahan orang, walaupun sudah disembuhkan, apapun juga penyakitnya kemungkinan besar akan datang kembali.

Bagaimana D, E dan F yang tidak terkait dengan makanan dan tidak punya karakter seperti C? Tuhankah yang mengambil kembali kesembuhan mereka?

Mari berpikir cermat. Seandainya Anda sakit dan Tuhan memberikan Anda kesembuhan, kesembuhan itu jadi milik Anda, bukan? Karena Tuhan sudah memberikannya kepada Anda.   

Saya tanya tolong Anda jawab dengan jujur. Jika Anda punya seorang teman yang mengambil kembali barang yang sudah diberikan kepada Anda tanpa seijin Anda, apa pendapat Anda? Itu sahabat yang baik atau sahabat yang lancang? Lancang dan tidak sopan bukan?

Kalo Anda mengatakan Tuhanlah yang mengambilnya kembali tanpa say hello kepada Anda, sadar atau tidak, Anda telah menuduh Tuhan Anda lancang.

Padahal Roh Kudus yang di dalam hati Anda adalah Tuhan, Roh Kudus membangkitkan kasih (2 Tim 1:7). Kasih itu tidak melakukan perbuatan yang tidak sopan (1 Kor 13:5).

Mengambil barang orang lain tanpa ijin pemilik bukan hanya tidak sopan, tapi juga bisa disamakan dengan mencuri. Siapakah yang suka mencuri, Tuhankah? Tentu Anda bilang bukan. Kalo bukan, lalu siapa? Jawabannya adalah: si pencuri.

Tuhan Yesus bilang: ”Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;..” (Yoh 10:10a). Siapa itu pencuri? Apa yang dicuri oleh si pencuri, kesembuhankah yang dicuri olehnya? Yes. How?

Dengan mencuri FirmanNya. Itulah pekerjaanNya, mencuri Firman (Mat 13:19, Mark 4:15).

Firman mana yang dirampasnya? Tentu yang terkait dengan kesembuhan. Firman mengatakan: dengan bilur-bilurNya kamu sudah sembuh (Yes 53:5, 1 Pet 2:24b); Tuhan Yesus tetap sama dulu sekarang dan akan datang tetap (Ibr 13:8) yakni menyembuhkan; Tuhan Yesus mau dan selalu mau menyembuhkan (Mark 1:41)

Jadi kesembuhan itu adalah kehendakNya. Dan Anda pun diperintahkan berdoa agar kehendakNya jadi: ”Jadilah kehendakMu.” Dan Anda diperintahkan menjadi sarana untuk mewujudkan kehendakNya itu: ”sembuhkanlah orang sakit..” (Mat 10:8).

Mengapa iblis tidak senang Anda sembuh selamanya? Karena itu akan semakin menguatkan iman Anda kepada Tuhan Yesus. Anda semakin bertumbuh ke arah Tuhan Yesus dalam hal pengenalan, karakter, power, dan penderitaanNya (Fil 3:10).

Anda bertumbuh menjadi seperti Yesus, itu yang iblis takutkan. Tak heran iblis ingin membunuh Lazarus yang sudah dibangkitkan oleh Tuhan Yesus lantaran semakin banyak orang yang percaya kepada Yesus setelah menyaksikan mujizat Lazarus hidup kembali:

“Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus” (Yoh 12:11).

Bagaimana cara iblis mencuri FirmanNya? Melalui pikiran. Tatkala gejala-gejala/_symptom_ penyakit itu muncul kembali, iblis membuat Anda meragukan kesembuhan Anda. Anda jadi berpikir, jangan-jangan memang belum sembuh, lalu iblis bilang: ”betul, itu bukan sembuh, tapi cuma sugesti”

Dan Anda percaya kepada omongan si jahat: ternyata Anda memang belum sembuh tapi hanya sekedar sugesti. Padahal Anda tidak tahu apa arti sugesti. Atau cuma pseudo healing, tapi belum healed beneran.

Tapi kalo Anda yakin Anda sebelumnya benar-benar sudah sembuh dan sekarang sakit lagi, iblis akan ngomong beda lagi:  “memang sudah kehendakNya kamu tidak sembuh”. Jika Anda percaya akan hasutannya, maka iblis sudah sukses mencuri Firman ini: 

”Aku mau jadilah engkau tahir (sembuh)” (Mark 1:41). Karena Anda mulai mengimani bahwa Tuhan memang tidak mau menyembuhkan Anda padahal Tuhan bilang "Aku mau", Alhasil Anda sakit lagi. Why? Tuhan Yesus bilang jadilah kepadamu menurut imanmu (Mat 9:29).

Anda akhirnya mengimani ajaran manusia, yang bukan berasal dari FirmanNya: “Tuhan punya kedaulatan sendiri, jangan paksa Dia, Dia belum tentu mau menyembuhkan Anda; penyakit ini berasal dari Tuhan untuk mendidik Anda, dan sebagainya”.

Tipu daya apalagi yang iblis katakan untuk mencuri FirmanNya?

Tatkala gejala sakit datang lagi, iblis menghasut: “lihat, kamu tidak taat perpuluhan, kamu suka ribut dengan isteri, kamu suka berdusta, maka Tuhan tidak mau menyembuhkan kamu” Lalu Anda mulai mengimani Anda tidak layak disembuhkan lantaran dosa-dosa Anda. Maka Anda sakit lagi.

Apakah dosa menghalangi kesembuhan?

Well, setelah sembuh Anda memang harus menghentikan dosa Anda agar tidak terjadi hal yang lebih buruk (Yoh 5:14). Akan tetapi dosa sendiri tidak mampu menghalangi anugerah kesembuhanNya. AnugerahNya lebih besar dari dosa Anda.

Hanya saja jangan berbuat dosa lagi sejak Anda disembuhkan.

Perlu Anda ingat, semua orang yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus adalah orang berdosa, belum ada orang yang lahir baru. Bahkan orang kafir yang tidak mengenal Tuhan pun disembuhkanNya. Siapa? Anak perempuan Kanaan/Siro-Fenesia (Mat 15:21-28).

Ingatkah Anda dengan orang lumpuh yang disembuhkan setelah Tuhan Yesus melihat iman para sahabatnya yang pantang mundur tidak perduli dimarahi orang-orang, bila perlu menjebol atap rumah tempat Tuhan berkotbah? Apa Tuhan bilang?

"Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni" (Mat 9:2). Apa artinya? Artinya si lumpuh itu orang berdosa tetapi anugerah pengampunan dari Tuhan Yesus lebih besar daripada dosanya. Mengapa Tuhan Yesus mengampuni orang itu? Karena Tuhan melihat iman teman-teman si sakit:

Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (Mat 9:2). Jadi saat Anda mengimani FirmanNya, kesembuhan dan pengampunan itu akan terjadi dalam satu paket:

“Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak 5:15). 

Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu (Mazmur 103:2-3). Tinggalkan ajaran manusia yang mengatakan “orang tidak bisa sembuh lantaran banyak dosanya”.

Jadi bukan lantaran dia anak pendeta, kalo sakit didoakan sudah pasti sembuh. Sedangkan preman terminal kalo sakit pasti Tuhan tidak mau menyembuhkan dia. No. Sembuh atau tidak sembuh tidak tergantung seberapa sucinya status sosial Anda tapi seberapa besar iman Anda terhadap FirmanNya:

“Oleh bilur-bilurNya kamu sudah sembuh” (1 Pet 2:24b). Dengan catatan, sekali lagi: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk” (Yoh 5:14).

Jangan salah, “sembuh oleh bilur-bilurNya” itu sembuh dari sakit-penyakit lho, bukan sembuh dari “sakit rohani” alias dosa. Hentikan omong kosong ini. Silakan baca Matius 8:16-17 sepuluh kali agar Anda paham bahwa yang dimaksud Yesaya adalah sembuh dari sakit-penyakit, bukan dari dosa.

Btw setelah iblis mencuri Firman itu dari Anda, dan Anda tidak sembuh karena meyakini perkataan manusia, iblis kini punya kesempatan untuk membunuh Anda lewat penyakitnya, karena karakternya memang pendusta dan pembunuh:

“... Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh 8:44b). Jadi bukan Tuhan yang membunuh Anda.

So apa yang harus Anda lakukan tatkala gejala-gejala penyakitnya itu muncul lagi setelah Anda sembuh? Jawabannya: Pegang erat-erat kesembuhan itu, jangan biarkan pencuri mencurinya!

Teknisnya?

Pertama-tama, setelah Anda disembuhkan, jangan lupa buka mulut (jangan mingkem) bersyukur dan memuji Tuhan senantiasa minimal 3 hari pertama sejak Anda disembuhkan.

Tapi agar selalu sehat terus, Anda harus punya kebiasaan bersyukur, memuji dan menyembah Tuhan secara pribadi. Bukan nyanyi rame-rame di gereja. Biasakan mengampuni orang dan tidak menyimpan dendam, melainkan mendoakannya.

Jika seandainya gejala penyakit itu tetap muncul? Lihat contoh berikut:

Seorang ibu yang tangannya sudah sembuh setelah saya doakan, tatkala gejala-gejala itu muncul lagi beberapa hari kemudian, dia memandang ke arah tangannya yang sudah sembuh itu dan membuka mulutnya, berkata secara tegas kepada penyakitnya:

“Eh kamu mau masuk lagi ya, tidak bisa! Saya sudah disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Pergi kamu” Ajaib, rasa sakit yang muncul itu tiba-tiba hilang, dan tangan si ibu tetap sembuh hingga kini. Tindakan ibu ini tepat padahal saya tidak pernah mengajarkannya.

Ya memang begitulah seharusnya.

Jadi Anda harus punya keyakinan penuh bahwa Anda sudah sembuh berdasarkan FirmanNya: ”dengan bilur-bilurNya Anda sudah sembuh” dan jika gejala penyakit yang timbul lagi itu adalah upaya iblis untuk merebut kesembuhan itu dari Anda. Jadi Anda jaga jangan sampai iblis merebutnya.

Tatkala gejala itu muncul, Anda buka mulut, gunakan otoritas Anda selaku anak-anak Allah yang memiliki Roh Kudus yang lebih besar daripada segala roh yang ada di dunia (1 Yoh 4:4), dengan memerintahkan penyakit itu keluar (Mat 17:20, Mark 11:23) dalam nama Yesus, tegaskan Anda sudah sembuh oleh bilur-bilurNya:

“Saya sudah sembuh oleh bilur-bilur Tuhan Yesus, saya perintahkan kamu keluar dalam nama Yesus”; Btw mungkin saja setelah Anda perintahkan demikian gejala itu tidak langsung hilang.

Tapi Anda harus cuek bertahan dan bertindak seolah-olah penyakit itu sudah minggat selamanya. Jangan kasih panggung terhadap penyakit itu. Karena iman adalah percaya walau tidak melihat (Yoh 20:29). Maka dia akan pergi dan Anda sembuh selama-lamanya.

Penyakit dan iblis harus taat pada perintah Anda karena Anda memerintahkannya dalam nama Tuhan Yesus, Nama di atas segala nama, yang terhadapNya semua yang punya nama yang ada di sorga, di bumi dan di bawah bumi harus bertekuk lutut (Fil 2:9-10).

Demikian juga halnya tatkala Anda mendoakan orang sakit. Sehingga dengan demikian selaku muridNya Anda menjalankan perintah Guru Anda: “Sembuhkanlah orang sakit,..” (Mat 10:8).

Teknis yang ketiga adalah bersaksi bahwa Anda sudah disembuhkan. Banyak anak Tuhan yang sudah disembuhkan enggan bersaksi lantaran tidak mau dikatakan “sombong” dan ingin “rendah hati”.

Padahal kesaksian itu penting. Selain memperkuat iman Anda, membangun iman orang lain, memuliakan Tuhan, juga mematahkan upaya iblis, sehingga iblis tidak punya legitimasi lagi untuk mendatangkan penyakit itu.

Tatkala Anda berbicara tentang kebaikan Tuhan Yesus yang sudah menyembuhkan Anda, satu sorga, satu neraka dan seluruh alam roh, termasuk Tuhan, iblis dan konco-konconya dan semua malaikat mendengar kesaksian Anda. 

Sehingga tidak ada alasan lagi iblis untuk mendatangkan penyakit itu lagi kepada Anda.

Pertanyaan terakhir,

Jika bukan Tuhan yang mengambil kembali kesembuhan Anda, mengapa Tuhan tidak mempersalahkan Ayub tatkala dia berkata: “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ay 1:21b), bahkan Tuhan membenarkannya:

Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut (Ayub 1:22)?

Jangan lupa, Ayub hidup sejaman dengan Abraham, di mana pada masa hidupnya belum ada kitab suci untuk mencari kehendak Tuhan dan belum ada nabi tempat bertanya atau menjadi perantara antara umatNya dan Tuhan. Dan Ayub pun bukan orang Ibrani dan tidak tinggal di Israel pula.

Jadi bagaimana Ayub bisa tahu tentang TUHAN? Hanya dari kata orang. Saya ulangi: pengetahuan Ayub tentang Tuhan berasal hanya dari mulut manusia: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ay 42:5).

Anak-anak sekolah minggu kita punya pengetahuan tentang Tuhan yang lebih advanced daripada Ayub, lantaran mereka membaca Alkitab, yang sudah komplit, Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB).

Dengan membaca kitab Ayub, Anda tahu bukan Allah yang membunuh anak-anak Ayub, tetapi iblis. Sedangkan Ayub tidak pernah membaca kitab Ayub. Lantaran kitab itu ditulis oleh Musa sekitar 500-600 tahun kemudian.

Dan dari kitab PB Anda pun tahu Firman Allah sudah menjadi manusia bernama Yesus yang sudah mati dan bangkit untuk menebus dosa manusia dan Dia pun sudah menyembuhkan penyakit umatNya oleh bilur-bilurNya. Sedangkan Ayub has no idea about it at all .

Seseorang dituntut dari apa yang dia ketahui: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak 4:17). Ayub mengatakan apa yang dia ketahui tentang Tuhan dari kata orang, tidak lebih.

Sementara para sahabatnya –kecuali Elihu—mengatakan hal yang tidak benar tentang Tuhan. Makanya Tuhan marah. Kepada Elifas Tuhan bilang: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub" (Ay 42:7).

Apa yang mereka katakan, yang tidak benar tentang Tuhan, yang terkait kesembuhan, yang bikin Tuhan marah? Elifas antara lain ngomong begini:

“Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula” (Ay 5:17-18).

Benarkah Dia yang melukai dan memukuli anakNya?

Dari membaca kitab Ayub Anda tahu bahwa bukan Allah yang mendatangkan malapetaka dan sakit penyakit kepada Ayub tetapi iblis (Ay 2:7). Walaupun iblis berulang kali membujuk Allah untuk mencelakakan Ayub tapi Allah tidak bergeming:

“Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan" (Ay 2:3b). Tapi Allah mengijinkan hal itu terjadi lantaran Beliau sedang bertaruh dengan iblis.

Dengan membaca kitab 2 Timotius Anda tahu penyakit bukanlah tool untuk mendidik atau mengajar Anda. Jadi Allah mendidik Anda dengan apa? Firman:

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2 Tim 3:16).

Dengan apa lagi? Roh Kudus: “Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:26).

Roh Kudus, yang adalah Roh Kebenaran itu (Yoh 14:17;15:26;16:13) akan mengajar dan mendidik Anda dengan menggunakan FirmanNya (Yoh 14:26), yang adalah kebenaran (Yoh 17:17) sebagai materi pelajaran Nya, bukan dengan menggunakan sakit-penyakit ataupun malapetaka apapun.


GBU.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

- TUHAN BERDAULAT UNTUK MENYEMBUHKAN ATAU TIDAK MENYEMBUHKAN ANDA. BENARKAH?

TERBIASA MENGALAHKAN SINGA

”DENGAN BILUR-BILURNYA KAMU SUDAH SEMBUH.” SEMBUH DARI APAKAH YANG DIMAKSUD? BACA COMMENTARY!