HIDUP KEKAL VS MATI KEKAL (2-SELESAI)
MATI KEKAL
Jika hidup kekal adalah mengenal Bapa dan Tuhan Yesus (Yoh17:3), dalam arti memiliki hubungan yang personal dan abadi dengan Tuhan selama-lamanya, mati kekal sebaliknya: tidak memiliki hubungan pribadi dengan Bapa dan Tuhan Yesus, selama-lamanya.
Jadi, walaupun Tuhan tahu siapa Anda, tinggal di mana, siapa anak Anda, apa hobi Anda, Anda kerja apa; dan Anda pun tahu Yesus adalah Tuhan, Anak Bapa, dulu pernah jadi manusia tinggal di bumi selama 33,5 tahun, lalu mati dan bangkit, sekarang duduk di sebelah kanan Bapa, nanti balik lagi,
tetapi tidak pernah ada relasi yang sifatnya pribadi atau intim antara Anda dengan Bapa dan AnakNya yang terjalin abadi. Walaupun seseorang beragama Kristen? Yes. Orang bisa secara formal yuridis beragama Kristen, tetapi tidak pernah kenal karena belum “berjumpa” dengan Tuhan Yesus.
Why? Dia tidak pernah mengaku diri orang berdosa yang layak dimasukkan ke dalam neraka (Yoh 16:8) namun karena anugerah kasihNya oleh kematian dan kebangkitan Kristus dia telah ditebus dosa-dosanya, sehingga dia tidak pernah menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru selamatNya pribadi.
Secara teknis dia tidak pernah membuka mulut untuk mengakui diri orang berdosa (Roma 10:9-10), mengakui dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Anda yang sudah menebusnya, serta mengundang Dia hadir di dalam hatinya.
Alhasil Roh Kudus tidak pernah masuk ke dalam tubuhnya untuk bersatu dengan rohnya (1 Kor 6:17). Dia tidak pernah dimeteraikan oleh RohNya (Ef 1:17), sehingga belum menjadi Anak Bapa, masih bukan milik Kristus (Roma 8:9). Dia masih menjadi orang dunia yang berada di dunia (Yoh 15:19).
Maka tidak mungkin terjadi kontak yang langsung dan intim antara dirinya dan Tuhan, lantaran Roh Tuhan tidak ada padanya. Statusnya masih orang berdosa, belum ditebus, belum layak di hadapanNya. Dia masih seperti orang jaman Perjanjian Lama (PL) yang butuh nabi untuk tahu kehendak Tuhan.
Dia masih membutuhkan pendeta atau anak Tuhan lain yang membantunya dalam berdoa. Tuhan Yesus bilang: ”Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku..“ (Yoh 10:27). Lantaran dia belum menjadi dombaNya, maka dia belum bisa mendengarkan suaraNya.
Jika ia melakukan dosa atau kesalahan, yang menegor adalah suara hatinya sendiri, bukan suara Roh Kudus. Jika dosa itu sudah dilakukan berulang kali, suara hatinya sudah kebal. Akal budi dan intuisinya bekerja berdasarkan hikmat duniawilah yang memimpinnya, bukan Firman.
Alhasil dia tidak pernah taat kepada perintahNya. Jangankan taat pada perintah mengabarkan injil, mengajar, atau menyembuhkan orang sakit, hidup kudus pun bukan pilihannya. Mungkin dia tidak melakukan kejahatan. Namun dia tidak berbuat dosa bukan karena takut akan Tuhan.
Melainkan karena dia tidak mau terkena konsekuensi hukum. Akan tetapi jika ada kesempatan berbuat dosa yang sangat mengutungkan dirinya tanpa dapat dijerat oleh hukum dan tidak bakal diketahui oleh orang lain, pastilah itu dia lakukan.
Pembenarannya adalah orang lain juga melakukan hal yang sama bahkan lebih parah daripada dirinya. Bisa saja karena imannya, Tuhan mengabulkan keinginannya (Mat 9:29). Bisa saja karena imannya dia bernubuat, mengusir setan dan mengadakan banyak mujizat demi namaNya (Mat 7:22).
Akan tetapi dia tidak pernah mengimani Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya pribadinya. Akibatnya dia tidak mengenal Tuhan Yesus dan tidak tahu apa kehendakNya bagi dirinya di dalam hidupnya.
Roh Kudus itu tidak ada di dalam hatinya, so dia tidak punya kerinduan untuk berdoa atau membaca Firman. Baginya membaca Firman dan berdoa adalah ritual, bukan kerinduan. Karena hanya Roh Kebenaran (Yoh 14:17) yang membuat orang rindu membaca FirmanNya yang adalah kebenaran (Yoh 17:17).
Baginya aktivitas pelayanan adalah sebuah kegiatan. Saat dia beribadah atau melakukan aktivitas pelayanan, itu adalah waktu untuk Tuhan. Tapi begitu selesai pelayanan, waktu bukanlah milik Tuhan lagi, tapi miliknya sendiri, jadi dia bebas melakukan apa saja yang dianggapnya penting atau menyenangkan.
Yesus belum menjadi segala-galanya. Yesus hanya menjadi salah satu hal yang penting di dalam hidupnya. Yesus masih harus bersaing dengan “tuhan-tuhan”nya yang lain, yakni hobinya, profesinya, uangnya, bisnisnya, sahabat-sahabatnya, asuransinya, dokternya atau egonya.
Tidak heran, Tuhan Yesus bukan yang pertama dia tanya sewaktu dia punya angan-angan. Tuhan Yesus juga bukan orang pertama yang dia kontak saat dia mengalami kegagalan, sakit penyakit atau musibah. Karena Tuhan Yesus bukanlah prioritas utamanya.
Karena tidak ada Roh Kudus, buah Roh: Kasih, sukacita, damai sejahtera, sabar, murah hati, kebaikan, kesetiaan, lemah lembut self control (Gal 5:22) belum terpancar dari orang ini. Jangankan buah Roh, tujuan hidupnya pun (seperti yang Tuhan mau) dia belum tahu.
Pikiran dan pengambilan keputusannya dipengaruhi oleh hikmat duniawi, bukan Firman. Emosinya masih dipengaruhi oleh kedagingan. Isi pembicaraannya tidak pernah berubah, karakternya tidak pernah bertumbuh ke arah Kristus, ketaatannya terhadap Tuhan sangat situasional.
Padahal ciri khas Kerajaan Sorga adalah adanya pertumbuhan, lima talenta menjadi sepuluh talenta, lima mina menjadi sepuluh mina. Sebaliknya ciri orang mati kekal adalah tidak ada pertumbuhan apalagi buah. Pohon mati bertumbuh saja tidak bisa apalagi berbuah. Kenapa?
Karena tidak ada kontak atau tidak tinggal di dalam Pokok Anggur yang Benar itu (Yoh 15:4). Jadi dia belum mengenal dan dikenal oleh Sang Pencipta. Pertumbuhan karakter tidak ada, kecenderungan dia selalu berbuat dosa, tidak pernah ada pertobatan.
Karena orang yang selalu berbuat dosa, itu tanda dia tidak mengenal dan dikenal oleh Tuhan. Makanya di penghujung akhir jaman Tuhan akan mengatakan: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Mat 7:23).
Alhasil saat dia meninggal, dia tidak akan pulang pergi ke rumah Bapa. Ke mana? Untuk sementara ke alam maut. Di sana, sembari menunggu pengadilan terakhir, dia “dikerjain” oleh anak buah lucifer, yang karakter mereka selain mencuri dan membunuh adalah membinasakan (Yoh 10:10).
Selanjutnya setelah diadili dan namanya tidak didapati di dalam kitab kehidupan, secara kekal dia dibenamkan ke dalam lautan api yang disediakan bagi iblis dan malaikat-malaikatnya (Mat 25:41), di mana apinya tidak pernah padam dan ulatnya tidak pernah mati (Mark 9:48).
Jadi dia tidak pernah mengenal Tuhan Yesus dan Bapa dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, itulah mati kekal.
GBU.
Komentar
Posting Komentar