*BERIMAN ITU KAYAK SIAPA? (1)*
Kayak para sahabat yang membawa rekannya sendiri yang lumpuh terbaring di tempat tidurnya ke hadapan Yesus. Mereka telah bersepakat untuk maju terus pantang mundur mengatasi segala macam halangan dan rintangan demi mencapai satu tujuan: karib mereka sembuh (Mark 2:1-12).
Banyaknya orang yang berjejal di rumah tempat Yesus memberitakan Firman sehingga tidak ada akses masuk, tidak membuat mereka hilang akal. Tanpa canggung mereka membongkar atap rumah itu agar bisa menurunkan si sakit tepat di depan Yesus.
Cercaan dan teguran orang-orang yang terganggu saat mendengarkan kotbah Tuhan Yesus tidak mereka perdulikan. Tekad mereka cuma satu, si sakit harus sembuh. Tuhan Yesus melihat iman mereka (Mark 2:5), bukan iman si sakit, lalu Tuhan menyembuhkan si sakit.
Di mana imannya? Tuhan Yesus pernah bilang “jika dua orang dari padamu sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka akan dikabulkan oleh Bapaku yang di sorga” (Mat 18:19). Mereka telah bersepakat, mereka bertekad bulat tidak akan mundur sampai sahabatnya sembuh.
Itulah iman mereka. Perhatikan, Tuhan tidak melihat jumlah tapi kesepakatan. Makanya doa 2 atau 3 orang yang sepakat bulat Anda sembuh, akan lebih mudah dikabulkan ketimbang doa yang dipanjatkan oleh seratus orang, karena tidak mudah menyatukan pikiran orang begitu banyak.
Ok lantaran Tuhan Yesus pernah bilang: ”Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29), maka begitu melihat iman mereka, Yesus selaku Tuhan tidak punya pilihan lain kecuali menyembuhkan si sakit, satu paket sekalian dengan mengampuni dosanya (Mark 2:10, Yak 5:15).
Beriman itu kayak siapa lagi?
Kayak perempuan Kanaan/Siro Fenesia (Mat 15:21-28, Mark 7:24-30) yang sukses “memaksa” Tuhan Yesus menyembuhkan anaknya yang sakit karena kerasukan roh jahat. Walau kedatangannya tidak disukai para muridNya, lantaran dia datang dengan berteriak-teriak. Tapi dia tidak perduli.
Tuhan Yesus memberi sinyal “tidak”, dengan mengatakan bahwa Dia hanya diutus untuk orang Israel, bukan bangsa kafir macam dia. Orang-orang non-Yahudi itu garapan Paulus dan timnya nanti, pasca kebangkitanNya. Berteriak-teriak, tidak mempan, dia tidak menyerah, lalu ganti metode.
Kali ini dia memohon sembari menyembah Dia. Tuhan merespon bahwa tidak patut daily bread (kesembuhan) yang disediakan bagi anak-anak, diberikan kepada anjing. “Anjing” merupakan sebutan bagi bangsa non Yahudi, tapi tetap saja itu tidak mengenakan telinga.
Tapi dia tidak tersinggung. Dia tidak perduli dikatain anjing, yang penting anaknya sembuh. Tapi kali ini dia mendebat Tuhan Yesus Sang pencipta langit dan bumi: “benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh di meja tuannya”. Btw Tuhan paham kebenaran yang diucapkan perempuan itu.
Bahwasanya melalui bangsa Yahudilah bangsa-bangsa lain bisa mengenal Tuhan (Yoh 4:22), yang sudah hadir dalam bentuk manusia, menebus mereka melalui darahNya, dan menyembuhkan mereka melalui bilur-bilurNya (Yes 53:5, Mat 8:16-17). Itu akan dilakukan oleh Paulus dan kawan-kawan.
Dan perempuan ini yakin betul bahwa Tuhan Yesus tidak akan menolak permintaannya. Why? Silakan cek kitab suci, tidak pernah ada kasus Tuhan menolak atau menyeleksi mereka yang mau disembuhkanNya. Never. Yang ada malah Tuhan sendiri ditolak oleh orang-orang sekampungnya.
Tak heran Tuhan Yesus tidak gerah dan tersinggung tatkala didebat, tapi Beliau justru memandang sikap pantang menyerah dari perempuan itu sebagai iman yang besar: ”Hai ibu besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki”. Memaksa Tuhan kok malah dibilang imannya besar!
Beda banget dengan ajaran manusia gerejawi yang mengatakan: jangan paksa Tuhan menyembuhkan, Dia punya kedaulatan untuk menyembuhkan atau tidak menyembuhkan Anda. Kenapa beda?
Mereka tidak baca kitab suci bahwa bilur-bilurNya sudah menyembuhkan semua penyakit semua orang. Jadi Tuhan sudah menyembuhkan Anda, tapi agar Anda sembuh, Anda harus pro aktif “mengambil” kesembuhan itu dengan iman.
Tuhan Yesus
bilang: “jadilah kepadamu menurut imanmu”. Kayak siapa? Ya kayak perempuan
Kanaan/Siro Fenesia ini. Btw jangan salah. Anda tidak memaksa Tuhan Yesus untuk
menyembuhkan Anda, karena Tuhan tidak bisa dipaksa-paksa. Jadi siapa yang Anda
paksa?
Anda memaksa sakit penyakit dan roh jahat untuk tunduk pada kehendakNya:
”dengan bilur-bilurNya kamu sudah sembuh” (1 Pet 2:24b, Yes 53:5). Jadi Anda tidak
memaksa Tuhan untuk turut kehendak Anda, melainkan Anda seia dan sekata dengan Firman
Tuhan bahwa:
Oleh bilur-bilurNya Anda atau si sakit sudah sembuh. “Sembuh” dari dosa? No. Sembuh dari sakit-penyakit (Mat 8:16-17). Lalu dengan otoritas Tuhan Yesus dan melalui kuasa Roh Kudus, Anda perintahkan, paksa sakit-penyakit dan iblis untuk tunduk pada kehendakNya.
Maka Roh Kudus yang bersemayam di dalam tubuh Anda akan bertindak menyembuhkan si sakit.
Beriman itu kayak siapa lagi? Kayak janda dalam perumpamaan Janda Vs Hakim yang lalim. Janda itu sosok yang lemah dari segi ekonomi, sosial apalagi politik. Sedangkan Hakim, terhadapnya raja pun dia segan. Tapi lantaran janda ini selalu datang kepadanya minta perkaranya dibela, fakta ini jadi terbalik.
Malah sekarang Hakim yang berkuasa itu menjadi takut lantaran janda itu selalu menyusahkannya dan dia bisa berisiko diserangnya, sehingga akhirnya si Hakim membenarkan perkara janda itu. Lalu Tuhan Yesus menegaskan keniscayaan tindakan Allah merespon orang yang seperti janda itu:
“tidakkah Allah akan membenarkan orang yang siang malam berseru-seru kepadaNya? Dan adakah Dia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu, ia akan segera membenarkan mereka,”
Menariknya, Tuhan
Yesus mengakhiri FirmanNya dengan statement pamungkas yang sangat menohok:
“Akan tetapi jika Anak Manusia itu datang, adakah ia mendapati iman di bumi?”
(Luk 18:1-8). Adakah orang Kristen di Indonesia di penghujung akhir jaman ini
yang tangguh berdoa tanpa mengenal lelah dan putus asa sampai doanya terkabul
seperti janda itu?
Paling-paling baru berdoa atau didoakan 5 kali tapi belum sembuh, sudah
menyerah. Baru 5 kali gagal bisnis, lalu menyerah dan kapok tidak mau memulai
usaha lagi.
Karena berdoa
ga kunjung sembuh, dia mulai bimbang, imannya melemah dan akhirnya gugur lalu
mulai mengimani ajaran manusia: Tuhan belum tentu mau menyembuhkan, penyakit
ini dari Tuhan untuk mendidik saya, Tuhan punya rencana indah dan sejumlah ajaran
sampah lainnya.
Setelah itu memfitnah Tuhan dengan mengatakan kepada orang-orang “Tuhan Yesus
tidak mau menyembuhkan saya”. Padahal Tuhan sudah bilang: ”dengan bilur-bilur
saya, kamu sudah sembuh”.
Tapi kenapa tidak sembuh? Anda mengimani Tuhan Yesus tidak mau menyembuhkan Anda, Tuhan bilang: “jadilah kepadamu, menurut imanmu” (Mat 9:29).
Saya pernah mendoakan orang sakit sekali berdoa langsung sembuh, tapi saya juga pernah mendoakan orang baru sembuh pada kunjungan ke-25. No obat, no dokter lantaran si sakit sudah tidak mau lagi ke dokter pasca dokter memvonis penyakitnya tidak bakal sembuh seumur hidup.
Kok sampe 25 kali bezoek baru sembuh, lama bener? Ya sudahlah. Itu jadi bahan evaluasi saya. Tapi ibarat bertanding bulu tangkis yang penting menang walau pun harus menang rubber game. Daripada kalah! Dan oleh kemenangan itu Allah dimuliakan, si sakit disembuhkan.
Beriman itu
kayak siapa lagi? Kayak Tuhan Yesus dong. Ya jelaslah, Dia Tuhan, kita cuma
manusia biasa ga usah dibahas. Eh jangan salah, Beliau juga 100% manusia sama
seperti Anda, hanya bedanya Dia tidak berbuat dosa (Ibr 4:15).
Dia adalah Allah yang menjadi manusia, bukan Allah yang pura-pura jadi manusia.
Beliau mengosongkan diriNya (Fil 2:7), dalam rupa manusia Beliau konsisten
untuk tidak menggunakan power ketuhananNya sendiri, tetapi semata-mata bergantung dari kuasa Roh Kudus (Mat
12:28, Kis 10:38),
Dan Roh Kudus itu yang dulu bersemayam di dalam tubuh manusiaNya, kini sudah bersemayam di dalam tubuh Anda. Roh Kudus membangkitkan kekuatan, kasih dan sound mind (2 Tim 1:7) bagi Anda.
Makanya tidak
heran Tuhan Yesus bilang: “barangsiapa
percaya kepada-Ku dia juga akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan
bahkan lebih besar daripada itu. Karena Aku pergi kepada Bapa” (Yoh 14:12). Tuhan
pergi kepada Bapa, itu lebih baik. Agar apa?
Agar Roh Kudus datang dan diam di tubuh Anda orang percaya. Sehingga Anda yang
juga adalah muridNya bisa meneladani seluruh pekerjaan Sang Guru tanpa
berdalih: ”Dia kan Tuhan, saya kan manusia biasa, mana bisa saya melakukan
pekerjaanNya?!”.
Oke bagaimana sikap Tuhan Yesus dalam beriman yang patut Anda contoh?
Di Betsaida, Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta, dengan meludahi mata orang itu dan meletakkan tanganNya atasnya. Langsung sembuh? Nanti dulu, laksana dokter Tuhan Yesus ngecek si pasien: "Sudahkah kaulihat sesuatu?"
Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Sukses kah ? Belumlah. Masih belum sembuh betul. Lalu apa yang dilakukan Tuhan Yesus?
Apakah Tuhan bilang kepada si sakit: “Saya sudah berusaha, tapi Bapa di sorga berkehendak lain. Terima saja kondisi ini, bersyukurlah sekarang kamu sudah bisa melihat sesuatu walaupun tidak sempurna”. Begitu? Tidak. Tuhan Yesus tidak menyerah sampai mata orang itu sembuh benar.
Lalu apa
yang Dia lakukan? Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka
orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat
segala sesuatu dengan jelas. (Mark 8:23-26).
Tuhan pun selaku manusia gigih, sampai kehendakNya sendiri terwujud: dengan
bilur-bilur Saya, orang buta itu sembuh.
Jadi apa kesimpulannya? Salah satu aspek penting beriman adalah gigih, pantang,
mundur, tidak pernah menyerah, sampai kehendakNya terwujud: ”oleh bilur-bilurNya
kamu telah sembuh”.
Kayak siapa lagi? Sampai besok.
GBU.
Komentar
Posting Komentar