AKIBAT AYUB TIDAK MEMBACA KITAB AYUB

Apa akibat Ayub tidak membaca Kitab Ayub? Ayub jadi tidak tahu siapa sesungguhnya yang membunuh anak-anaknya dan pegawainya.

Dia pikir yang membunuh mereka pasti Tuhan, makanya dia bilang: ”..TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ay 1:21b) persis seperti ucapan sejumlah hamba Tuhan di malam ibadah penghiburan.

Padahal iblislah, --melalui orang-orang Syeba--menyerang dan merampas serta membunuh penjaga lembu, sapi dan keledai Ayub (Ay 1:15). Iblislah yang membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga melalui api yang menyambar dari langit (Ay 1:15).

Iblislah yang  menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang, lewat tangan orang Kasdim (Ay 1:17). Iblislah yang menggerakkan angin ribut yang merobohkan rumah tempat anak-anaknya berpesta sehingga mereka semua mati (Ay 1:18).

Tetapi Ayub tidak tahu bahwa iblislah biang keroknya. Bukan Tuhan. Mengapa iblis bisa melakukannya? Karena Tuhan yang mengijinkannya: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya..” (Ay 1:12).

Karena tidak baca Kitab Ayub, Ayub jadi tidak tahu bahwa iblis telah berusaha membujuk Tuhan untuk mencelakakannya tapi Tuhan tidak bergeming “..meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan" (Ay 2:3). Mengapa Allah tidak bergeming?

Karena karakter Tuhan adalah agar Ayub memiliki hidup dan memilikinya dengan penuh kelimpahan (Yoh 10:10b), sedangkan karakter iblis adalah mencuri, membunuh dan membinasakan (Yoh 10:10a). Makanya Allah tidak akan menimpakan celaka atas siapapun tanpa alasan.

Tapi kenapa Tuhan mengijinkannya?  Untuk membuktikan bahwa Ayub adalah hambaNya yang saleh, jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, dan tetap tekun dalam kesalehannya, walau tertimpa berbagai malapetaka (Ay 2:3).

Sehingga Tuhan menang dalam pertaruhanNya dengan iblis, yang yakin Ayub akan mengutukiNya jika segala yang dimilikinya termasuk anak-anaknya dan pegawainya mati terbunuh dan hartanya lenyap karena perlindungan dan berkatNya dicabut (Ay 1:10-11).

Apa akibatnya lagi jika Ayub tidak membaca kitab Ayub? Dia pikir, segala yang baik dari Tuhan dan segala yang buruk pun dari Tuhan: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" (Ay 2:10).

Padahal dari Kitab Ayub tertulis dengan jelas bahwa Allah sama sekali tidak mau memberikan hal-hal yang buruk kepada Ayub walau berulang-kali dibujuk oleh iblis. Tidak ada alasannya bagi Allah untuk mencelakakan Ayub (Ay 2:3). Why?

Karena rancangan Tuhan bagi Ayub adalah rancangan damai sejahtera (Yer 29:11), bukan rancangan kecelakaan, kematian, kebangkrutan atau rancangan sakit penyakit.

Tuhan Yesus bilang Bapa sorgawi akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya (Mat 7:11), bukan yang buruk. Yang buruk pasti bukan dari Tuhan, yang baik pasti dari Tuhan:

“Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yak 1:17).

Btw mengapa Ayub tidak membaca kitab Ayub? Karena Ayub hidup sejaman dengan Abraham, tidak tinggal di Kanaan dan bukan orang Israel (nama Israel pun belum ada jaman Ayub).

Jaman Ayub hidup belum ada kitab suci (termasuk Kitab Ayub) untuk mengenal Tuhan dan belum ada nabi tempat meminta petunjuk, sebagai perantara manusia dengan Tuhan atau yang menubuatkan sesuatu dari Tuhan.

Jadi selama ini tahu dari mana Ayub tentang Tuhan? Hanya dari kata orang (Ay 42:5). OMG! Dia tahu dia harus hidup saleh, jujur dan takut akan Allah dari kata orang. Dia tahu dia harus mempersembahkan korban bakaran untuk menebus dosa anak-anaknya, dari kata orang.

Bahwasanya pembunuh anak-anaknya adalah Tuhan, itu juga dari kata orang. Bahwasanya Tuhan juga memberikan hal-hal yang buruk selain hal-hal yang baik, itu juga dari kata orang.

Kata orang, mereka yang  hidup saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan pasti Tuhan akan melimpahi orang itu dengan berkat dan perlindungan. Tapi  terhadap orang fasik, jahat dan tidak takut akan Tuhan maka Tuhan pasti menimpakannya dengan malapetaka, kematian, kerugian.  

Nah informasi dari orang tentang Tuhan yang belum tentu benar ini telah menyebabkan konflik batin yang dahsyat bagi diri Ayub sendiri juga terhadap isterinya dan terhadap teman-temannya. Apa itu?

Ayub tak habis pikir, kenapa dia yang sudah hidup saleh, jujur takut akan Allah dan menjauhi kejahatan tapi kok malah mendapat malapetaka yang bertubi-tubi.

Isterinya  --yang dibiarkan hidup oleh iblis-- terus memprovokasi agar dia mengutuki Allah dan mati karena percuma hidup saleh kalo hasilnya adalah malapetaka dan derita, sehingga dengan demikian iblis menang dalam pertaruhannya dengan Allah.

Sementara sahabat-sahabatnya menuduh Ayub pasti punya salah sehingga itu semua menimpanya. Tapi tentu saja Ayub terang terangan menyangkalnya. Syukurlah, di tengah-tengah perdebatan panjang antara Ayub melawan sahabat-sahabatnya itu akhirnya Allah hadir untuk menjawab.

Allah murka terhadap sahabat-sahabat Ayub (kecuali Elihu) yang telah berkata tidak benar tentang diriNya: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu”, Tetapi tidak terhadap Ayub: ” karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub” (Ay 42:7).

Apakah tujuan Allah mengijinkan penderitaan Ayub hanyalah agar Allah menang dalam pertaruhannya dengan iblis karena karena terbukti Ayub tetap saleh, jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, walau tertimpa berbagai malapetaka yang dahsyat (Ay 2:3)? Tidak.

Lalu apa lagi? Melalui peristiwa itu Ayub kini jadi memandang Tuhan muka dengan muka, yang selama ini dia hanya tahu dari kata orang: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5).

Iblis merancangkan yang jahat dan buruk terhadap Ayub, tapi Allah mereka-rekakannya kebaikan untuk nya (Kej 50:20). Melalui malapetaka itu Ayub kini jadi mengenal Sang Juruselamat nya: “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu” (Ay 19:25).

Btw sikap Ayub yang mempertanyakan Tuhan mengapa dirinya sudah hidup saleh tetapi menerima bertubi penderitaan, adalah wajar mengingat dia belum begitu mengenal Juruselamat. Sementara Anda melalui Alkitab yang komplit sudah mengenal Penebus Anda dan FirmanNya.

Sang Juruselamat, yakni Tuhan Yesus, yang baru hadir dua ribu tahun kemudian sesudah Ayub, sudah hidup saleh, dan berbuat kebenaran serta kebaikan, tetapi yang diterimanya adalah penderitaan: ditolak, dihina, diejek, difitnah, diolok-olok bahkan dihukum mati di kayu salib.

Jadi jika Anda sudah hidup saleh, menjauhi kejahatan dan menjalankan perintahNya, alih-alih menerima kebaikan tetapi Anda malah mengalami persekusi, jangan komplain dan bertanya seperti Ayub :”Mengapa Tuhan?”.  Karena Anda sudah punya Alkitab yang komplit untuk cari tahu.

Baca Alkitab dan pahami, jangan lagi dengar tentang Tuhan dari kata orang walau sumber informasi itu berasal dari teolog, pendeta, penatua senior, pemimpin kelompok kecil, para pakar, dokter, pemimpin politik, filsuf top dan sebagainya, jika tidak _in line_ dengan FirmanNya.

Iman datang dari pendengaran (Roma 10:17) maka celakalah orang yang mengimani informasi yang didengarnya dari mulut orang, yang bukan dari Alkitab. Karena Tuhan bilang: ”jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat 9:29).

Tuhan Yesus, melalui Alkitab yang sudah komplit,  sudah kasih bocoran: "Cawan-Ku memang akan kamu minum,..” (Mat 20:23), “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan,." (Yoh 16:33b) “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya” (Mat 10:24).

Jika gurunya saja disalib, murid-muridNya pun maksimal akan mengalami salib.  

Karena: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati” (Fil 3:10).

GBU

--

Note:

Btw jika Ayub mengimani informasi dari orang tentang Tuhan, yang belum tentu benar,  mengapa Allah menyatakan Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut dan di akhir cerita pun Allah mengatakan Ayub sudah mengatakan yang benar (Ay 42:7)?

Karena hanya itulah yang diketahui Ayub dan dia memelihara dengan sungguh-sungguh “firman” yang diketahuinya dari orang lain itu. Manusia dihakimi menurut apa yang diketahuinya. Jika orang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yak 4:17).

Walaupun pengetahuan Ayub tentang Tuhan amat sangat terbatas, ia telah melakukan apa yang dia tahu dia harus perbuat, sementara sahabat-sahabatnya menghakimi Ayub. Makanya Allah mengatakan Ayub ”tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut” (Ay 1:22).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

- TUHAN BERDAULAT UNTUK MENYEMBUHKAN ATAU TIDAK MENYEMBUHKAN ANDA. BENARKAH?

TERBIASA MENGALAHKAN SINGA

”DENGAN BILUR-BILURNYA KAMU SUDAH SEMBUH.” SEMBUH DARI APAKAH YANG DIMAKSUD? BACA COMMENTARY!