“ADA TERTULIS” BUKAN “ADA TAFSIRAN” (2-SELESAI)
Apa yang Tuhan Yesus pikirkan, perkatakan dan lakukan semuanya berlandaskan Firman. Firman yang dimaksud adalah Firman yang sudah tertulis di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama (PL) di mana Beliau sering berkata “ada tertulis”, maupun Firman yang keluar dari diriNya sendiri selaku Tuhan.
Prinsip Yesus terhadap “ada tertulis” inilah yang
harus Anda teladani. Sebagaimana Yesus memandang “ada tertulis” sebagai Firman
yang berotoritas dan berkuasa di atas segala-galanya,
demikianlah hendakNya Anda memandang Alkitab yang sudah komplit (PL dan Perjanjian Baru/PB).
Total keseluruhan FirmanNya baik yang ada di dalam PL maupun PB tersebut (termasuk perkataan Yesus), semuanya adalah “ada tertulis” bagi Anda, yang harus lebih Anda taati dari pada perkataan siapa pun.
Anda harus berpegang pada Firman yang tertulis di situ, bukan tafsiran, commentary, dan sejenisnya. Why? Ingatlah bahwa tafsiran, commentary, dan sejenisnya merupakan upaya manusia untuk memahami atau menjelaskan Firman, namun bukan Firman itu sendiri.
Jangan lupa ada Firman yang mengatakan: “tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Pet 1:21). Oleh karena itu hanya Roh Kuduslah yang berhak menafsirkan Firman. How?
Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran (Yoh 16:13). Roh Kebenaran akan mengacu kepada Firman yang adalah kebenaran (Yoh 17:17), untuk menjelaskan Firman yang tidak dimengerti oleh manusia. Jadi Roh Kudus akan mempergunakan Firman untuk menjelaskan Firman.
Karena Firman tidak membutuhkan hikmat manusia untuk menjelaskan Firman. Firman dapat menjelaskan dirinya sendiri. Apa yang Anda pertanyakan di dalam Alkitab sesungguhnya sudah ada jawabannya di dalam Alkitab itu sendiri asal Anda mau rajin mencarinya, dalam pimpinan RohNya.
Jangan salah, bukan berarti Anda tidak boleh membaca tafsiran atau commentary orang. Boleh. Tapi jika si penafsir tidak merujuk kepada Firman yang ada di bagian lain di dalam Alkitab, artinya hanya mempergunakan hikmat manusia semata dalam menafsir, Anda harus waspada.
Contohnya?
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya” (Mark 11:23).
Seorang hamba Tuhan menafsir bahwa Firman Yesus itu kiasan, bukan arti sesungguhnya. Alasannya? Menurut pendapatnya, tidak mungkin gunung bisa pindah hanya dengan diperintahkan. Jadi, apa yang sedang dilakukan Yesus? Katanya, pohon ara itu melambangkan Israel. Lalu?
Yesus sedang menunjukkan suatu perumpamaan. Jika Israel tidak taat/tidak percaya sehingga tidak menghasilkan buah, maka akan mengalami nasib seperti pohon ara itu. Dan seterusnya. Inilah penafsiran yang hanya menggunakan otaknya sendiri, akibatnya jadi melantur ke mana-mana.
Padahal jika Anda baca keseluruhan perikop, tidak ada kata-kata yang mengatakan peristiwa dikutuknya pohon ara tersebut sebagai kiasan. Yesus laparnya betulan (Mark 11:12), bukan kiasan seperti istilah “lapar dan haus akan kebenaran” (Mat 5:6) misalnya.
Kata “kering” dalam Firman “pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya” (Mark 11:20) juga berarti kering dalam arti harafiah, bukan kiasan seperti halnya Firman “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering,..” (Yoh 15:6).
Lagipula tidak ada keterangan yang menegaskan bahwa hal itu adalah perumpamaan, seperti kata-kata: “Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya..” (Mat 13:24), “Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka “ (Mark 4:2).
Juga tidak ada kata-kata yang menyatakan arti perumpamaan itu, seperti misalnya:
“.. dengarlah arti perumpamaan penabur itu..” (Mat 13:18); “Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah” (Luk 8:11), Ketika Ia sendirian, .. kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah” (Mark 4:11).
Jadi apa yang sebenarnya terjadi dalam peristiwa dikutuknya pohon ara oleh Yesus? Well, Pohon ara memang dalam konteks tertentu melambangkan Israel (Hos 9:10; Yer 24), tapi dalam peristiwa itu Yesus sama sekali tidak sedang mengatakan atau menunjukkan sebuah perumpamaan dan artinya.
So? Melalui peristiwa itu jelas sekali Yesus sedang mendemonstrasikan dan mengajarkan murid-muridnya bagaimana menggunakan otoritas dan kuasa melalui perkataan, di mana obyeknya adalah pohon ara, bukan sedang menjabarkan suatu perumpamaan dan memberikan artinya.
Jadi hamba Tuhan tersebut menafsir hanya berdasarkan logika, sayangnya bukan logika yang sehat. Karena “ada tertulis” hanya dengan tongkat diulurkanlah ke atas laut oleh Musa (Kel 14:16) maka laut Merah terbelah.
Hanya dengan diperintah oleh Yosua, matahari berhenti di atas Gibeon bulan di atas lembah Ayalon (Yos 10:12-13). Jadi apakah sulit bagiNya untuk memindahkan sebuah gunung hanya dengan diperintahkan dalam nama Yesus? Itu baru logika yang sehat.
Btw gunung memang bisa melambangkan perkara yang amat sulit dilakukan. Akan tetapi gunung sendiri dalam arti harafiah pun bisa pindah, sebagaimana halnya laut merah bisa dibelah dan matahari serta bulan bisa dihentikan, dan manusia yang sudah mati bisa dibangkitkan.
Kelihatannya hamba Tuhan itu harus lebih rajin berselancar di internet. Silakan googling kota Moqattam di Mesir untuk tahu bahwa ada gunung yang benar-benar pindah sejauh 3 km hanya dengan diperintahkan dalam nama Yesus. Dan itu tercatat dalam sejarah. Ada prasastinya, bukan dongeng.
Atau jika fakta gunung bisa pindah masih sulit dia pahami, tidak ada salahnya dia melihat bagaimana bukit bisa berpindah tanpa mujizat. Di mana? Silakan berkunjung ke proyek pembangunan jalan tol Bocimi 3, di mana banyak bukit dibelah, dikeruk dan “dipindahkan” ke tempat lain.
--
Lalu bagaimana Anda mempergunakan “ada tertulis” dalam praktik sehari-hari? Teladanilah Tuhan Yesus yang tetap memperkatakan apa yang tertulis di dalam Alkitab dan melakukan persis seperti apa yang tertulis di dalamnya, terkait dengan diriNya.
Jika Anda berpendapat “ada tertulis” itu hanya terkait dengan Tuhan Yesus, bukan terkait dengan Anda, Anda keliru. Alkitab juga memuat “ada tertulis” tentang Anda. Masa? Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus yang tertuju kepada para muridNya. Itu juga tertuju kepada Anda. Anda muridNya kan?
Juga perhatikan Firman Tuhan Yesus yang didahului dengan: ”Barangsiapa…” lalu diikuti dengan kata kerja tertentu. Firman itu berbicara kepada Anda dan terkait dengan apa yang Anda harus lakukan.
Misalnya: ”Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan..” Yoh 14:12). Jadi “ada tertulis” bahwa Anda selaku orang yang percaya kepadaNya akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan Yesus lakukan. Ada contoh lain?
Katakanlah Anda seorang pebisnis dan kini bisnis Anda sejak pandemi jeblok dan tak kunjung membaik. Anda tidak gampang putus asa dan tetap berikhtiar dengan gigih mencari peluang dan metode baru, hingga apa yang Anda rancangkan berhasil.
Anda meyakini bakal sukses ketimbang mempercayai omongan para pakar bisnis, pakar psikologi, maupun rekan yang mengatakan Anda tidak berbakat jadi pengusaha, mungkin itu kehendak Tuhan Anda gagal, dan sebagainya.
Anda meyakini “ada tertulis” tentang Anda yang harus digenapi, yakni:
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yer 9:11).
“Damai sejahtera” dalam konteks bisnis adalah sukses. Jadi Anda tidak pernah menyerah hingga yang “ada tertulis” tentang Anda yakni sukses di dalam bisnis itu tergenapi.
Contoh lain, ada anggota keluarga
sakit, sudah beberapa kali
didoakan tapi tak kunjung sembuh.
Namun Anda tidak menyerah. Anda tak henti-henti mendoakannya seperti seorang janda dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang janda vs hakim yang lalim (Luk 18:1-8).
Anda tidak menghiraukan omongan manusia yang dengan hikmat manusiawinya yang tampak rohani dan manis mengatakan:
“Jangan memaksa Tuhan”, “Tuhan punya kedaulatan untuk menyembuhkan dan untuk tidak menyembuhkan”, “Penyakit ini dari Tuhan untuk mengajar dan mendidik orang itu” dan sejuta perkataan sampah lainnya, karena omongan semacam itu tidak ada di dalam Alkitab.
Karena Anda lebih meyakini “ada tertulis”: “dengan bilur-bilurNya orang itu sudah sembuh (Yes 53:5, Mat 8:16-17, 1 Pet 2:24b), sembuhkanlah orang sakit” (Mat 10:8, Luk 10:9); ”Aku datang agar dia memiliki hidup (bukan mati/sakit), dan memilikNya dengan penuh kelimpahan” (Yoh 10:10b).
Anda meyakini “ada tertulis”: ”doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia..“(Yak 5:15). Anda meyakini iman adalah gigih seperti “ada tertulis” tentang perempuan yang sakit pendarahan dan perempuan Kanaan/Siro Fenisia (Mat 15) yang gigih.
Dan Anda meyakini penyakit bukanlah sarana dari Tuhan untuk mendidik si sakit. Karena “ada tertulis”: yang bertugas mendidiknya adalah Firman (2 Tim 3:16) dan Roh Kudus (Yoh 14:26), bukan sakit penyakit.
Tuhan memang punya kedaulatan untuk menyembuhkan dan tidak menyembuhkan Anda, tapi Anda sadar “ada tertulis” bahwa Anda adalah anakNya (Gal 3:26), Tuhan adalah Bapa Anda (2 Kor 6:18).
Bapak mana di dunia ini yang tega membiarkan anaknya meraung-raung kesakitan dan tidak bertindak sedikitpun, hanya karena dia beralasan selaku orang tua dia berhak untuk tidak menyembuhkan anaknya. Kalo ada mungkin bapak tiri atau bapak gila.
Jika bapak dunia tidak demikian, apalagi Bapa Anda yang ada di sorga. Anda berpegang teguh pada “ada tertulis”: Bapa akan memberikan yang baik kepada mereka yang minta meminta kepadaNya (Mat 7:11).
Anda bukan sekedar “mereka yang meminta kepadaNya”, Anda ini adalah anakNya. Sehingga akhirnya kesembuhan terjadi, seperti “ada tertulis” dengan bilur-bilurNya dia sudah sembuh.
GBU.
Komentar
Posting Komentar