SALAH KAPRAH HEALING
Sejatinya healing berarti the process of making or becoming sound or healthy again_(Oxford Languages) alias kesembuhan dari sakit-penyakit. Yang secara Alkitabiah, pada praktiknya dilakukan secara supranatural, dengan kuasa Roh Kudus, seperti yang Tuhan perintahkan kepada Anda:
”sembuhkanlah orang sakit..” (Mat 10:8, Luk 10:9) oleh karena Anda sudah menerima Roh Kudus, yang berarti Anda sudah menerima kuasaNya (Kis 1:8). Anda tinggal “sedikit” belajar (Mat 28:20) bagaimana menggunakan kuasa RohNya untuk melaksanakan kehendakNya: sembuhkan orang sakit/ usir si jahat;
Atau jika Anda masih belum bisa menyembuhkan orang sakit, itu bisa Anda lakukan itu secara non-supranatural, yang Tuhan ijinkan, melalui pengobatan Barat modern oleh tangan-tangan dokter yang penuh kasih dan obat-obatan; atau pengobatan ala Timur, herbal dan sejenisnya.
Anda mengimani Tuhan juga bekerja melalui dokter dan obat-obatan, monggo. Yang jelas Anda menyadari arti “healing” yang sesungguhnya, yakni sembuh dari sakit-penyakit. Tentu konteks ini di luar kesembuhan “supranatural” melalui kuasa gelap, yang Tuhan tidak berkenan.
Namun dunia melalui media sosial berusaha mereduksi arti healing, menjadi sekedar upaya menenangkan diri, melepas penat, menyegarkan batin melalui liburan, belanja, hobi dan lain-lain sebagai bentuk pemuasan diri sendiri agar merasa bahagia dan nyaman kembali.
Celakanya, pemahaman baru dari dunia ini juga diterima oleh sejumlah gereja. Mereka mengadakan kegiatan berjudul “healing”, bukan penyembuhan fisik dengan kuasa RohNya lantaran menjalankan kehendakNya: “dengan bilur-bilurNya kamu sudah sembuh” (Yes 59:5, Mat 8:17, 1 Pet 2:24b);
bukan juga kegiatan bakti sosial dengan membawa sejumlah dokter untuk mengobati jemaat atau orang di luar jemaat yang sakit, namun sekedar refreshing untuk menghibur dan mempererat tali kasih sesama jemaat.
Jangan salah, bukannya tidak boleh mengadakan acara semacam itu, dan bukan berarti kegiatan itu tidak berguna, namun mengadopsi pola pikir dan paham duniawi itu yang tidak dikehendaki oleh Tuhan:
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2).
Anda harus memprogram pikiran Anda dengan FirmanNya, agar Anda bisa membedakan apakah kegiatan yang Anda beri judul “healing” itu baik yakni sesuai dengan FirmanNya, sempurna atau tidak.
Sekali lagi, bukannya tidak boleh. Tapi lakukan dalam konteks dan judul yang tepat sehingga tidak mengaburkan makna yang sesungguhnya. Sederhananya, silakan lakukan tapi jangan diberi judul “healing” seperti istilah dunia karena itu akan mereduksi arti “healing” di dalam Alkitab.
Alhasil jemaat jadi tidak memahami arti “healing” yang sebenarnya, sebagaimana dikehendaki Tuhan dalam FirmanNya: “sembuhkanlah orang sakit” (Mat 10:8, Luk 10:9).
Btw fenomena masuknya ajaran-ajaran sekuler ke dalam gereja, bukan cuma sekali ini saja. Padahal Anda sudah tahu Gereja atau Ekklesia dalam bahasa aslinya berarti : “dipanggil keluar”.
Jemaat diperlengkapi untuk dipanggil keluar, kepada dunia untuk mewartakan kabar baikNya dengan tanda-tanda yang menyertainya (Mark 16:15-18), bukannya asik sendiri di dalam lalu malah memasukkan ajaran dan pola pikir duniawi ke dalam gereja seperti yang terjadi belakangan ini:
Sejumlah pengetahuan sekuler seperti psikologi, ilmu motivasi berikut tips-tips untuk sukses, ilmu parenting, ilmu marketing, dan sejumlah ilmu-ilmu lainnya diajarkan di dalam ibadah dan kotbah. Hamba Tuhan jadi bak seorang motivator yang mengajarkan jemaatnya dengan hikmat tersebut.
Sekali lagi dan sekali lagi, bukannya tidak boleh mengadakan pembinaan khusus bagi jemaat terkait ilmu-ilmu sekuler tersebut. Silakan saja, itu sangat baik untuk memperlengkapi jemaat Anda di dalam pelayanan atau penghidupan mereka. Dengan judul yang tepat tentunya.
Tetapi mengajarkannya di dalam
kotbah atau ibadah sedemikian rupa sehingga menggantikan Firman, atau mencantumkan
Firman hanya sekadar basa-basi, itu yang harus Anda waspadai.
Karena dengan demikian tanpa sadar Anda menganggap FirmanNya tidak berkuasa:
“untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Tim 3:16),
sehingga FirmanNya harus Anda perkuat dengan tambahan ilmu-ilmu sekuler duniawi. Alhasil Anda jadi memungkiri kekuatan ibadah, di mana FirmanNya menjadi sentralnya.
GBU.
Komentar
Posting Komentar